Senin, 18 November 2019

Pengelolaan pakan Pada pemeliharaan larva kpat

Pengelolaan pakan pada pemeliharaan larva kpat

1.Pengelolaan Pakan Larva Udang Galah
Pengelolaan pakan yang baik merupakan kunci utama dalam pembenihan udang galah. Selama pemeliharaan larva udang galah diberi pakan berupa naupli artemia dan pakan buatan. Kekurangan jumlah pakan akan menyebabkan larva lambat tumbuh dan terjadinya kanibalisme sesama larva. Sebaliknya pemberian pakan yang berlebih selain akan meningkatkan biaya produksi juga akan mengundang resiko penurunan kualitas media pemeliharaan yang memicu berkembangnya jasad patogen dan mengancam kegiatan pembenihan. Teknik pemberian pakan yang baik, waktu dan jumlah pemberian yang tepat serta komposisi nutrien yang seimbang tentunya akan menjamin keberhasilan selama pembenihan udang galah.
1.1Kandungan Nutrisi Pakan
yang dimaksud dengan nutrisi (nutrition) adalah kandungan gizi yang dikandung pakan. Apabila pakan yang diberikan kepada udang pemeliharaan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi, maka hal ini tidak saja akan menjamin hidup dan aktifitas udang, tetapi juga akan mempercepat pertumbuhannya. Oleh karena itu, pakan yang diberikan kepada udang selama dipelihara, tidak hanya sekedar cukup dan tepat waktu, tetapi juga pakan tersebut harus memilki kandungan gizi yang cukup. Bila udang mengkonsumsi pakan yang kandungan nutrisinya rendah, maka pertumbuhan terhambat, bahkan pada udang timbul gejala-gejala tertentu yang disebut kekurangan gizi (malnutrition).
            Banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan ini di samping tergantung pada spesies udang, juga pada ukuran atau besarnya udang serta keadaan lingkungan tempat hidupnya. Nilai nutrisi (gizi) pakan pada umumnya dilihat dari kompisisi zat gizinya. Beberapa komponen nutrisi yang penting dan harus tersedia dalam pakan udang antara lain protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

1.2. Pemberian Pakan
          Larva yang baru menetas belum memerlukan makanan tambahan, karena masih terdapat persediaan makanan di dalam kuning telurnya. Setelah umur satu hari larva mulai memerlukan makanan tambahan. Makanan yang cocok untuk larva udang galah adalah naupli artemia. Karena disamping mempunyai kandungan protein yang tinggi, naupli tetap hidup dan berenang gerakannya agak lambat sehingga larva dapat menangkapnya.

1.3. Frekuensi Pemberian Pakan
          Selain makanan hidup larva juga diberi makanan buatan. Sebelum diberikan, makanan buatan harus disaring lebih dahulu dengan saringan yang berdiameter antara 0,5 -1,0 mm, sehingga makanan berbentuk butiran kecil. Makanan tersebut diberikan dengan frekuensi 5 kali sehari yaitu pukul 08.00; 10.00; 12.00; 14.00 dan 16.00. sebagai pedoman, dibawah ini diberikan dosis pemberian makanan setiap hari untuk setiap 5.000 ekor larva. Makanan diencerkan dahulu dalam ember dengan menggunakan air kurang lebih 5 liter lalu ditebarkan dalam bak dapat dilihat pada Tabel 2.
            Sedangkan naupli artemia diberikan setiap pukul 18.00 dengan dosis 1 gram telur yang telah ditetaskan di dalam 60 liter air, untuk setiap 10.000 ekor larva. Tabel 2. Jumlah makanan per hari yang dihubungkan dengan umur larva, untuk setiap 5.000 ekor
Umur (hari)
Jumlah makanan/hari/gram
0 – 3
1
4 – 6
3
7 – 10
5
11 – 14
7
15 – 18
8
19 – 22
9
23 – dst
10
        
1.4. Pakan Alami
            pakan alami yang terbaik untuk larva udang galah adalah naupli artemia. Namun yang menjadi kendala adalah artemia ini merupakan barang impor yang relative mahal harganya. Bahan yang diimpor berupa telur (cyst) yang dikemas dalam kaleng. Cara penggunaan cyst tersebut harus ditetaskan terlebih dahulu supaya menjadi naupli, kemudian ini diberikan pada larva.
            menyatakan bahwa penetasan kista artemia dilakukan dengan menggunakan bak-bak kerucut yang berisi air laut dan dipasok aerasi kuat pada tingkat 10 liter-20 liter per menit. Komposisi 5 gram kista artemia per liter sudah cukup untuk menetaskan kista tersebut. Untuk menghasilkan kuantitas maksimal dari nauplius perlu dilakukan decapsulasi. Perlakuan decapsulasi ini dimaksudkan untuk menipiskan kulit kista artemia, sehingga proses penetasannya lebih cepat. Bahan yang dipakai dalam proses decapsulasi bisa berupa larutan natrium hipoklorit (NaHOCl). Selain untuk menipiskan kulit kista, NaHOCl juga berfungsi sebagai disinfektan terhadap bakteri dan jamur pengganggu.
         Selama decapsulasi, telur yang semula berwarna coklat akan berubah menjadi putih, kemudian berubah lagi menjadi oranye. Setelah decapsulasi, telur itu dapat disimpan untuk ditetaskan atau bisa juga langsung diberikan sebagai pakan larva udang.
         Telur yang di decapsulasi dapat ditetaskan dalam bak berbentuk corong. Penetasan dilakukan pada suhu 280 C. Jangka waktu penetasan berkisar antara 24-28 jam. Bak penetasan ditutup supaya gelap dan diberi aerasi kuat. Agar artemia tumbuh dengan baik, sebaiknya padat penebarannya jangan terlalu tinggi, yaitu berkisar antara 10.000-15.000 ekor / liter air.
a. Penyediaan Pakan Alami
Naupli Artemia sp. merupakan pakan yang terbaik bagi larva udang galah. Disamping nilai nutrisinya yang tinggi, mudah dalam penyediaan dan penyimpanannya, juga memiliki ukuran yang sesuai untuk larva udang galah. Untuk mendapatkan naupliArtemia sp. dengan kualitas baik beberapa hal perlu diperhatikan, seperti kemasan produk dan daya tetas. Sterilisasi terhadap telur (cyst) Artemia sp. juga harus dilakukan untuk mengantisipasi masuknya jamur dan bakteri. Sterilisasi dilakukan dengan cara perendaman dalam larutan klorin. Untuk mengurangi kotoran dan cangkang telur Artemia sp., maka teknik pemanenan harus dilakukan dengan baik dan benar
b. Dosis Pakan Alami
pemberian pakan dilakukan setelah larva berumur 3 hari dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Untuk mengetahui jumlah sisa pakan Artemia sp. dalam bak pemeliharaan larva, maka sebelumnya diperiksa terlebih dahulu dengan cara mengambil air sampel media pemeliharaan larva dengan menggunakan gelas bening sehingga naupli Artemia sp. terlihat masih tersisa ataukah telah habis. Kebutuhan larva udang galah akan naupli Artemia sp. semakin meningkat seiring bertambahnya umur larva. Jumlah kebutuhan naupli Artemia sp. perharinya yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan larva udang galah. Tabel 3. Kebutuhan naupli Artemia sp. setiap ekor larva udang galah perhari.
Umur larva (hari)
Jumlah kebutuhan naupli Artemia sp./ekor larva / hari
3
5
4-6
10
7
15
8
20
9
25
10-11
30
12
35
13 – 14
40
15 – 24
45
25 – 30
50
30 (pascalarva)
45

c. Frekuensi dan Waktu Pemberian Pakan Alami
Pemberian pakan tidak langsung dilakukan pada saat selelah ditebar melainkan dua hari setelah penebaran. Pakan yang pertama kali diberikan adalah pakan alami yaitu berupa naupli artemia yang berumur 18 jam. Naupli artemia yang masih berumur 18 jam diberikan karena pada umur tersebut telur yang terdapat pada kista artemia masih belum habis. Pemberian pakan dilakukan secara ad libitum dua kali dalam sehari yaitu pada jam 11.00 dan 16.30 Pemberian artemia dilakukan secara langsung dengan cara menyebarnya secara merata pada permukaan air. Pemberian pakan alami dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan ukuran bukaan mulut larva. Naupli artemia diberikan karena ukuranya yang kecil sehingga sangat sesuai untuk larva

1.5. Pakan Buatan
            menyatakan pakan buatan untuk larva udang galah  dibuat dalam bentuk basah dan kering. Pakan basah memiliki keunggulan dibanding pakan kering. Secara biologis, larva udang lebih menyukai pakan yang lunak daripada yang kering. Pakan berbentuk basah dapat dibuat dengan peralatan sederhana dan karena tidak dilakukan pemanasan dan pengeringan, sehingga dapat mencegah kehilangan gizi dalam pakan. Namun demikian, pakan berbentuk basah mudah rusak karena mikroorganisme. Untuk mencegah mikroorganisme perlu ditambahkan bahan pengawet. Pakan basah juga mudah teroksidasi, khususnya asam askorbat, kecuali bila disimpan dalam kondisi beku. Jaringan daging pada pakan yang basah (tidak dipanaskan) dapat mengandung enzim anti thiamin.
            Pakan dalam kondisi kering, selain tidak mudah teroksidasi dan dapat disimpan dalam waktu lama, pakan kering juga lebih tahan di dalam air. Namun demikian, pemberian pakan kering kepada larva udang perlu dilakukan secara bertahap. Larva udang lebih menyukai pakan basah, larva memakan jenis pakan lunak yang terdiri dari fitoplankton dan zooplankton sehingga pemberian pakan kering harus memerlukan waktu dan perlu kebiasaan.
            pakan buatan sebagai pakan tambahan perlu diberikan untuk melengkapi kebutuhan gizi bagi larva udang. Oleh karena pakan buatan berfungsi sebagai pakan pelengkap, maka komposisi bahan yang digunakan cukup bervariasi dan kandungan nutrisinya, terutama komponen protein, harus cukup tinggi kadarnya (54,9%).
a.   Persyaratan Bahan Pakan Buatan
            komposisi makanan pada label dapat dipakai sebagai acuan untuk pembuatan bahan makanan yang telah diramu dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi. Oleh karena itu penting untuk diperhatikan komposisi yang terdapat pada pakan buatan tersebut agar kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh larva dapat tercukupi.
bahan-bahan yang digunakan untuk pakan buatan atau cake meliputi tepung terigu, susu non fat, telur ayam/bebek, daging ikan gabus, Vit. B complex, Vit. A+D Plek, Antibiotik dan air.
b.  Dosis Pakan Buatan
Pakan buatan diberikan setelah larva memasuki stadium 7, berumur 9-10 hari. Adapun formulasi pakan buatan terdiri dari tepung terigu, susu bubuk, telur ayam, ikan gabus atau cumi-cumi dan vitamin (merek ”Scott Emulsion”). Ukuran dan dosis pakan harus disesuaikan dengan umur larva. Ukuran pakan yang sesuai dapat diperoleh dengan meggunakan saringan berukuran tertentu.Beberapa ukuran saringan dan dosis menurut umur larva dapat dilihat pada  Tabel 4.
Tabel 4. Dosis pemberian pakan dan ukuran saringan berdasarkan umur larva.
Umur larva (hari)
Ukuran mesh saringan (cm)
Dosis (mg/ekor/berat kering)
12
16
70
13
16
80-90
13-14
8
100-180
25-30
8
200
30
8
200

c.  Frekuensi dan Waktu Pemberian Pakan
            Setelah pakan buatan diberikan, maka frekuensi pemberian pakan ditingkatkan menjadi 5 kali sehari, yakni pada pukul 07.00 diberikan pakan berupa naupli Artemia sp; pukul 10.00 diberikan pakan buatan berupaegg custard; pukul 12.00 diberikan pakan berupa egg custard; pukul 14.00 diberikan pakan berupa egg custard dan pada pukul 16.00 setelah penyiponan diberikan pakan berupa naupli Artemia sp

(Sumber: https://fisherymilenial.blogspot.com/2019/11/pengelolaan-pakan-pada-pemeliharaan.html?m=1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar