Kamis, 28 November 2019

Menganalisis pengendalian hama dan penyakit pada pemeliharaan larva komoditas perikanan

Menganalisis pengendalian hama dan penyakit pada pemeliharaan larva ikan








Menganalisis pengendalian hama dan penyakit pada pemeliharaan larva ikan
A.    Pengertian, Identifikasi dan Pengelompokan Hama Penyakit 

Hama & Penyakit Ikan – Dalam usaha budidaya perikanan pengenalan jenis-jenis dan karakteristik hama dan penyakit pada ikan mutlak diperlukan untuk mendukung kelancaran usaha budidaya. Secara umum, hama dan penyakit ikan diartikan sebagai semua hewan atau makhluk hidup yang berada dalam areal budidaya ikan yang mana keberadaannya dapat menimbulkan kerugian. Hama ikan dapat mengakibatkan kerugian secara langsung maupun tidak langsung. Dalam artian hama ikan dapat membunuh atau memangsa ikan secara langsung maupun mengganggu sehingga  menyebabkan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan terganggu. Biawak dan ular adalah contoh hama ikan yang memangsa ikan secara langsung, sedangkan yuyu atau kepiting seringkali membuat lubang-lubang pada dinding kolam atau tambak sehingga menyebabkan kebocoran. Keberadaan kepiting/yuyu dapat menimbulkan beberapa kerugian diantaranya kerusakan pada tanggul atau pematang sehingga menyebabkan kebocoran. Kepiting biasanya membuat lubang-lubang pada tanggul sehingga kedalaman air sulit dipertahankan dan dapat mengakibatkan masuknya hama pemangsa dan penyaing dalam petakan kolam atau tambak. Selain itu menyebabkan udang atau ikan yang dipelihara akan lolos melalui lubang kepiting tersebut.

B.    Pengertian, Identifikasi dan Pengelompokan Hama Ikan

Definisi atau pengertian hama ikan adalah semua makhluk hidup (hewan) baik yang berukuran tubuh lebih kecil, sama ataupun lebih besar dari tubuh ikan yang keberadaannya tidak diinginkan karena mampu menimbulkan gangguan pada ikan. Dengan kata lain hama ikan adalah semua makhluk hidup yang dapat memangsa, mengganggu ataupun menjadi pesaing hidup dalam suatu habitat ikan. Secara umum, berdasarkan sifat hidupnya hama pada ikan dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu predator, kompetitor dan pengganggu. Berikut ini karakteristik hama ikan berdasarkan pengelompokan tersebut ;

1.    Hama Predator

Predator adalah hama ikan yang bersifat memangsa atau sebagai pemangsa ikan. Umumnya predator adalah binatang karnivora (pemakan daging) yang memburu dan menyantap ikan sebagai targetnya. Predator tidak selalu memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari mangsanya, ada juga predator yang ukuran tubuhnya lebih kecil dari mangsa. Biasanya predator yang ukuran tubuhnya lebih kecil dari mangsa memiliki senjata khusus yang mematikan, misalnya bisa atau racun. Predator dengan ukuran tubuh lebih besar dari mangsa biasanya memangsa ikan dalam jumlah banyak dan dilakukan berkali-kali. Predator ini biasanya menetap di kolam ikan dan lingkungan sekitar kolam, dan ada juga yang sengaja datang dari jauh untuk mencari makan.
Jenis-jenis predator ikan bermacam-macam, yaitu dapat berupa ikan yang lebih besar, hewan air jenis lain, hewan darat, serangga atau insekta air. Contoh jenis ikan yang dapat menjadi predator adalah ikan tagih (Mystus nemurus), ikan lele (Clarias batrachus), ikan kakap (Lates calcalifer), ikan bulan-bulan (Megalops cyprinides), belut dan ikan gabus. Predator ikan lainnya adalah linsang, ular, kura-kura, labi-labi, biawak, burung bangau, burung kuntul, burung blekok, burung ibis, burung raja udang, anjing dan katak.
2.    Hama Kompetitor
Kompetitor adalah hewan atau organisme yang sama-sama berada dalam satu habitat ikan dimana keberadaannya tidak diinginkan karena menimbulkan persaingan dalam mendapatkan makanan, oksigen maupun ruang gerak ikan. Kompetitor dapat berupa ikan maupun jenis hewan lain yang berada dalam suatu areal habitat ikan. Contoh kompetitor yang sering menimbulkan persaingan memperoleh makanan adalah ikan mujair. Keberadaan ikan ini dalam suatu habitat ikan budidaya cukup berbahaya, ikan mujair dikenal sangat rakus dan mudah berkembang biak sehingga populasinya cepat meningkat. Oleh karena itu keberadaan ikan mujair dapat menimbulkan persaingan dalam mendapatkan makanan, oksigen maupun ruang gerak. Jenis hama kompetitor lainnya yaitu yuyu (Saesarma spp.), kepiting (Scylla serrata), katak (pada fase berudu), keong dan sebagainya. Keberadaan hewan kompetitor tersebut menyebabkan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan terganggu, seprti lambatnya pertumbuhan dan bahkan menimbulkan kematian.

3.    Hama Pengganggu/Pencuri

Pengganggu adalah makhluk hidup atau organisme atau aktifitas lain diluar ikan budidaya yang keberadaannya dapat mengganggu kehidupan ikan budidaya. Perlakuan manusia yang kurang baik dalam mengelola ikan dapat dikategorikan sebagai pengganggu, misalnya saat sampling yang kurang baik atau cara panen yang kurang baik.

C.    Pengertian dan Penyebab Penyakit pada Ikan

Definisi atau pengertian penyakit ikan adalah suatu gejala fisiologis ikan yang disebabkan oleh suatu parasit atau faktor lingkungan yang tidak sesuai. Munculnya penyakit pada ikan selain dipengaruhi kondisi ikan yang lemah juga cara penyerangan dari organisme yang menyebabkan penyakit tersebut. Beberapa faktor ynag menyebabkan timbulnya penyakit pada ikan antara lain sebagai berikut :
a. Adanya serangan organisme parasit
b. Lingkungan yang tercemar (ammonia, sulfide atau bahan-bahan kimia beracun)
c. Lingkungan dengan fluktuasi suhu, pH, salinitas, dan kekeruhan yang besar
d. Pakan yang tidak sesuai atau gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan
e. Kondisi tubuh ikan yang lemah karena faktor genetic (kurang kuat menghadapi perubahan lingkungan).

Penyakit ikan terjadi jika ikan (inang), hidup dalam lingkungan perairan yang kurang sesuai untuk kehidupan ikan, tetapi mendukung patogen untuk memperbanyak diri atau berkembang biak. Ini akan menyebabkan perubahan secara patofisiologi pada organ-organ tubuh ikan. Timbulnya serangan penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme penyakit.
Interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit. Jika pertahanan tubuh inang lemah dan patogen yang terdapat dalam tubuh inang banyak, tetapi lingkungan tetap sesuai dan mendukung untuk meningkatkan ketahanan tubuh inang maka penyakit tidak akan muncul karena patogen tidak dapat berkembang biak.
Hubungan antara parasit, ikan (inang) dan faktor lingkungan terhadap terjadinya penyakit (yang disebut Interaksi Tripel) digambarkan dalam diagram Venn pada Gambar 5 di bawah ini.
Penjelasan dari “Interaksi Tripel” diatas adalah sebagai berikut ;
1.    Ikan
Ikan merupakan sasaran atau inang dari penyakit. Ikan sehat memiliki kemampuan mempertahankan diri dari serangan berbagai penyakit dengan adanya mekanisme pertahanan diri. Kemampuan ikan mempertahankan diri dari serangan penyakit tergantung pada kesehatan ikan dan lingkungan. Jika kesehatan ikan menurun atau kondisi lingkungan kurang menunjang, maka ikan akan mengalami stres, sehingga menurunkan kemampuannya mempertahankan diri dari serangan penyakit.Stres terjadi jika suatu faktor lingkungan (stressor) meluas atau melewati kisaran toleransi untuk ikan dan akan mengganggu fungsi fisiologis pada ikan tersebut. Pengaruh stres terhadap menurunnya ketahanan ikan terjadi secara hormonal. Ikan stres mempunyai respon hormonal, contohnya dapat berupa hormon esteorase (hormon yang banyak tertimbun di otak), atau hormon adrenaline dan respon seluler (phagocytic) relatif rendah, sehingga tidak mempunyai ketahanan yang memadai terhadap serangan penyakit.

2.    Lingkungan

Lingkungan dalam hal ini air, merupakan media paling vital bagi kehidupan ikan. Stressor (faktor lingkungan) dalam sistem budidaya ikan meliputi stressor 1) fisik (suhu, cahaya, suara, tekanan air) 2) kimiawi (pH, NH3, NO2, CO2, buangan metabolik, logam berat), 3) biologis (padat tebar, keberadaan hama) dan 4) prosedural budidaya (penebaran, sampling, pergantian air, pergantian wadah, pemanenan). Ikan yang mengalami stres akan mengalami rangkaian perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang disebut general adaptive syndrome (GAS). Selain jumlahnya, kualitas air yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan.
Parameter air yang biasanya diamati untuk menentukan kualitas air adalah oksigen, karbondioksida, pH (derajat keasaman), alkalinitas dan sistem buffer, ammonia, dan temperatur.

3.    Parasit

Penyakit ikan yang disebabkan oleh organisme parasit umumnya menimbulkan kerugian cukup besar. Karakteristik khusus yang terdapat pada penyakit ikan yang menyebabkan infeksi adalah kemampuan untuk menularkan penyakit (transmisi) dari satu ikan ke ikan yang lain secara langsung dimana organisme parasit sering menyebabkan infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat terluka karena gesekan dengan benda keras atau berhasil meloloskan diri dari serangan hama. Tetapi jika terlambat mengobatinya, tubuh ikan yang luka akan mengalami infeksi sekunder yang disebabkan oleh serangan organisme parasit.
Serangan parasit pada suatu usaha budidaya ikan menimbulkan dampak negatif yang cukup tinggi. Jika tidak ditangani segera tidak tertutup kemungkinan terjadi infeksi sekunder oleh patogen lain seperti bakteri dan virus misalnya melalui luka yang ditimbulkan olehnya. Dengan demikian, petani tidak akan membuat kesalahan dalam menduga penyebab timbulnya penyakit tersebut.
Infeksi sekunder yang disebabkan oleh organisme parasit telah terbukti menimbulkan banyak kematian pada ikan. Faktor-faktor yang menentukan prevalensi dan tingkat serangan dari parasit dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
a). Faktor Biologis meliputi umur, stres, nutrisi dan tingkat kepadatan yang tinggi
b). Faktor Lingkungan meliputi salinitas, kualitas air dan jenis sistem akuakultur
Inang dapat berupa ikan atau hewan air lainnya dimana daya tahan tubuh inang terhadap serangan penyakit dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain : umur dan ukuran, jenis, daya tahan tubuh dan status kesehatan ikan. Pada kondisi normal, ketiga faktor yaitu ikan, lingkungan dan patogen akan mampu menjaga keseimbangan. Ikan yang kita budidayakan akan memanfaatkan makanan yang berasal dari makanan yang bermutu, sehingga ikan dapat tumbuh berkembang dengan baik, bereproduksi dalam rangka melanjutkan keturunan, mampu mempertahankan diri dari perubahan lingkungan sekitarnya dengan baik. Terjadinya serangan penyakit pada ikan merupakan akibat adanya ketidakseimbangan antara ketiga faktor di atas. Jasad patogen biasanya akan menimbulkan gangguan sehingga terjadi perubahan pada kondisi lingkungan yang mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh ikan (ikan menjadi stress).
Pada ikan yang dibudidayakan penyakit dapat menyerang pada semua ukuran mulai dari benih, ikan konsumsi sampai induk. Penyakit yang biasa menyerang benih ikan biasanya karena infeksi parasit, sedangkan pada ukuran yang besar biasanya yang menyerang adalah jamur, luka borok, maupun benjolan.

D.    Pengelompokan Jenis-jenis Penyakit pada Ikan

Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak lansung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad pathogen (jasad penyakit). Dengan demikian timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil dari interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad/ organisme penyakit.
Secara garis besar, jenis-jenis penyakit pada ikan dikelompokkan menjadi 2, yaitu sebagai berikut ;

1.    Penyakit Parasiter/Infektif (Infectious disease)

Adalah penyakit yang disebabkan oleh aktivitas organisme parasit. Organisme yang sering menyerang ikan peliharaan antara lain virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik. Bakteri dan virus akan menyebabkan infeksi pada ikan budidaya, sementara yang disebabkan oleh parasit akan mengakibatkan investasi pada ikan budidaya.

2.    Penyakit Non Parasiter/Non Infektif (Non Infectious disease)

Adalah penyakit yang disebabkan bukan oleh hama maupun organisme parasit. Penyakit ini dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan faktor penyebabnya yaitu sebagai berikut ;
a).    Faktor lingkungan
Penyakit non parasiter yang disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang menunjang bagi kehidupan ikan, antara lain pH air terlalu tinggi/rendah, kandungan oksigen terlarut terlalu tinggi/rendah, perubahan temperatur air secara tiba-tiba, adanya gas beracun hasil penguraian bahan organik (gas metan, ammonia atau asam belerang), adanya polusi dari pestisida (insektisida atau herbisida), limbah industri atau limbah rumah tangga.
b).    Faktor pakan/nutrisi
Salah satu penyakit non parasiter akibat pakan adalah kelaparan. Kelaparan merupakan kekurangan nutrisi yang bersifat absolut. Kelaparan pada ikan menunjukkan gejala seperti anemia dan hambatan pertumbuhan. Contoh lainnya adalah penyakit yang disebabkan karena kualitas pakan yang diberikan kurang baik (malnutrition) antara lain karena kekurangan vitamin, gizinya rendah, bahan pakan yang digunakan telah busuk atau mengandung racun.
c).    Faktor genetik/turunan
Penyakit yang disebabkan oleh turunan, misalnya bentuk fisik dan kelainan- kelainan tubuh yang sudah ada sejak lahir, seperti tubuh bengkok, larva ikan yang cacat, sisik tidak lengkap atau sirip melengkung. Bentuk fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan, dimana faktor keturunan sangat berpengaruh langsung terhadap penampilan fisik ikan. Untuk mencegahnya harus dilakukan seleksi induk yang ketat pada saat melakukan breeding. Variasi genetika ini juga dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme, tutup insang yang tidak dapat menutup sempurna, ikan menjadi kerdil dan cacat.
(Sumber : https://mitalom.com/macam-macam-hama-penyakit-ikan-karakteristik-dan-pengelompokannya/)

  1. B. PENANGGULANGAN PENYAKIT IKAN
Cara penanggulangan penyakit ikan dengan menggunakan obat-obatan atau secara kimiawi dapat dilakukan di dalam bak (tank treatment) maupun di kolam/tambak (pond treatment). Sedangkan teknik-teknik yang digunakan sebagai berikut :
  1. 1. Jangka pendek
Untuk penanggulangan penyakit ikan jangka pendek (short duration) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
  1. Metode perendaman (Dip Method)
Metode perendaman dilakukan dengan memakai dosis konsentrasi yang tinggi untuk waktu yang pendek, tidak lebih dari beberapa detik. Ikan yang diobati dengan cara ini dimasukan kedalam jaring dan dicelupkan. Cara ini diterapkan pada pengobatan ikan dan telur ikan.
  1. Metode pembilasan (Rapis (Flus)
Metode pembilasan dilakukan dengan memakai konsentrasi yang relatif tinggi, ikan dibilas sekaligus sambil dilakukan penggantian air. Biasanya cara ini diterapkan untuk telur ikan.
  1. 2. Jangka panjang
Penanggulangan penyakit ikan jangka panjang (prolonged treatment) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:
  1. Metode pemandian (Bath Method)
Metode pengobatan dengan cara pemandian dilakukan sekitar 1 jam. Selama pengobatan ikan selalu diamati. Aerasi juga terus menerus diberikan selama pengobatan (pemandian).
  1. Perlakuan dengan aliran air tetap ( Constant Flow Treatment)
Metode ini diperlukan alat aliran air tetap (constan flow apparatus). Lama pengobatan untuk metode ini sekitar 1 jam.
  1. 3. Jangka waktu tak terbatas
Metode pengobatan ikan sakit dalam jangka waktu tak terbatas (indefinite treatment) umumnya dipakai untuk pengobatan dikolam, tambak atau bak-bak yang berukuran besar. Bahan kimia yang digunakan dalam dosis yang rendah untuk jangka waktu yang lama, dan dibiarkan supaya berkurang dan hilang dengan sendirinya.
  1. 4. Penyemprotan
Penanggulangan penyakit ikan di kolam atau tambak dapat dilakukan dengan cara penyemprotan. Bahan kimia yang biasanya digunakan adalah dengan jalan penyemprotan yaitu pestida. Pengobatan dengan pestida ini hanya dilakukan sebagai cara terakhir, setelah cara yang lain tidak yang efektif.
  1. 5. Penyuntikan
Pengobatan melalui penyuntikan biasanya dilakukan untuk ikan-ikan yang berukuran besar atau induk-induk ikan. Penyuntikan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:
  1. Secara Intra Peritoneal (IP), yaitu penyuntikan dilakukan pada bagian belakang dari rongga perut, tepat di depan sirip perut (diusahakan agar tidak melukai usus ikan).
  2. Secara Intra Muscular (IM), yaitu penyuntikan dilakukan pada bagian tengah otot punggung dekat sirip punggung (kurang lebih 3 sisik di bawah ujung belakang sirip punggung).
    1. 6. Pengobatan melalui makanan
Apabila ikan yang terserang penyakit masih mau makan (belum kehilangan nafsu makannya) maka pengobatan dapat dilakukan melalui makanan. Caranya, obat yang hendak digunakan dicampur dengan makanan (sesui dosis) sesaat sebelum makanan diberikan.
  1. C. PENANGGULANGAN HAMA
Hama adalah organisme yang dapat menimbulkan ganguan pada ikan budidaya secara langsung maupun tidak langsung. Untuk menanggulangi serangan hama lebih ditekankan pada system pengendalian hama terpadu, yaitu pemberantasan hama yang berasil, tetapi tidak mengakibatkan kerusakan ekosistem, termasuk hewan ternak, ikan budidaya, manusia, dan musuh alami yang mengkonsumsinya (hama). Dengan kata lain, apabila masih ada cara yang dapat dilakukan dan ternyata memberikan hasil yang baik, maka tidak perlu menggunakan obat-obatan, apa lagi obat-obatan buatan pabrik (pestisida anorganik). Oleh karena itu, penanggulangan hama umumnya dilakukan dengan cara mekanis. Pemberantasan secara mekanis sebaiknya dilakukan petani ikan pada saat sebelum penebaran benih. Cara ini merupakan tindakan pencegahan (preventif). Cara pencegahan ini lebih menguntungkan karena tidak menimbulkan dampak yang merugikan pada lingkungan, mudah dan murah pelaksanaannya, tidak berpengaruh buruk pada usaha budidaya dan memberikan pengaruh yang cukup lama.

Tindakan pencegahan seperti menyiapkan kondisi kolam/ tambak yang sempurna dengan perlakuan pengolahan tanah yang baik, pengeringan yang memenuhi syarat, pengapuran dengan dosis yang sesuai pH dan sifat tanah, mempertinggi peranan dan fungsi saluran, pintu air dan alat penyaringannya dalam kolam/tambak, akan memberikan andil yang sangat besar dalam usaha penanggulangan hama.

(Sumber:

Menganalisis pengendalian hama dan penyakit pada pemeliharaan larva ikan








Menganalisis pengendalian hama dan penyakit pada pemeliharaan larva ikan
A.    Pengertian, Identifikasi dan Pengelompokan Hama Penyakit 

Hama & Penyakit Ikan – Dalam usaha budidaya perikanan pengenalan jenis-jenis dan karakteristik hama dan penyakit pada ikan mutlak diperlukan untuk mendukung kelancaran usaha budidaya. Secara umum, hama dan penyakit ikan diartikan sebagai semua hewan atau makhluk hidup yang berada dalam areal budidaya ikan yang mana keberadaannya dapat menimbulkan kerugian. Hama ikan dapat mengakibatkan kerugian secara langsung maupun tidak langsung. Dalam artian hama ikan dapat membunuh atau memangsa ikan secara langsung maupun mengganggu sehingga  menyebabkan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan terganggu. Biawak dan ular adalah contoh hama ikan yang memangsa ikan secara langsung, sedangkan yuyu atau kepiting seringkali membuat lubang-lubang pada dinding kolam atau tambak sehingga menyebabkan kebocoran. Keberadaan kepiting/yuyu dapat menimbulkan beberapa kerugian diantaranya kerusakan pada tanggul atau pematang sehingga menyebabkan kebocoran. Kepiting biasanya membuat lubang-lubang pada tanggul sehingga kedalaman air sulit dipertahankan dan dapat mengakibatkan masuknya hama pemangsa dan penyaing dalam petakan kolam atau tambak. Selain itu menyebabkan udang atau ikan yang dipelihara akan lolos melalui lubang kepiting tersebut.

B.    Pengertian, Identifikasi dan Pengelompokan Hama Ikan

Definisi atau pengertian hama ikan adalah semua makhluk hidup (hewan) baik yang berukuran tubuh lebih kecil, sama ataupun lebih besar dari tubuh ikan yang keberadaannya tidak diinginkan karena mampu menimbulkan gangguan pada ikan. Dengan kata lain hama ikan adalah semua makhluk hidup yang dapat memangsa, mengganggu ataupun menjadi pesaing hidup dalam suatu habitat ikan. Secara umum, berdasarkan sifat hidupnya hama pada ikan dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu predator, kompetitor dan pengganggu. Berikut ini karakteristik hama ikan berdasarkan pengelompokan tersebut ;

1.    Hama Predator

Predator adalah hama ikan yang bersifat memangsa atau sebagai pemangsa ikan. Umumnya predator adalah binatang karnivora (pemakan daging) yang memburu dan menyantap ikan sebagai targetnya. Predator tidak selalu memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari mangsanya, ada juga predator yang ukuran tubuhnya lebih kecil dari mangsa. Biasanya predator yang ukuran tubuhnya lebih kecil dari mangsa memiliki senjata khusus yang mematikan, misalnya bisa atau racun. Predator dengan ukuran tubuh lebih besar dari mangsa biasanya memangsa ikan dalam jumlah banyak dan dilakukan berkali-kali. Predator ini biasanya menetap di kolam ikan dan lingkungan sekitar kolam, dan ada juga yang sengaja datang dari jauh untuk mencari makan.
Jenis-jenis predator ikan bermacam-macam, yaitu dapat berupa ikan yang lebih besar, hewan air jenis lain, hewan darat, serangga atau insekta air. Contoh jenis ikan yang dapat menjadi predator adalah ikan tagih (Mystus nemurus), ikan lele (Clarias batrachus), ikan kakap (Lates calcalifer), ikan bulan-bulan (Megalops cyprinides), belut dan ikan gabus. Predator ikan lainnya adalah linsang, ular, kura-kura, labi-labi, biawak, burung bangau, burung kuntul, burung blekok, burung ibis, burung raja udang, anjing dan katak.
2.    Hama Kompetitor
Kompetitor adalah hewan atau organisme yang sama-sama berada dalam satu habitat ikan dimana keberadaannya tidak diinginkan karena menimbulkan persaingan dalam mendapatkan makanan, oksigen maupun ruang gerak ikan. Kompetitor dapat berupa ikan maupun jenis hewan lain yang berada dalam suatu areal habitat ikan. Contoh kompetitor yang sering menimbulkan persaingan memperoleh makanan adalah ikan mujair. Keberadaan ikan ini dalam suatu habitat ikan budidaya cukup berbahaya, ikan mujair dikenal sangat rakus dan mudah berkembang biak sehingga populasinya cepat meningkat. Oleh karena itu keberadaan ikan mujair dapat menimbulkan persaingan dalam mendapatkan makanan, oksigen maupun ruang gerak. Jenis hama kompetitor lainnya yaitu yuyu (Saesarma spp.), kepiting (Scylla serrata), katak (pada fase berudu), keong dan sebagainya. Keberadaan hewan kompetitor tersebut menyebabkan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan terganggu, seprti lambatnya pertumbuhan dan bahkan menimbulkan kematian.

3.    Hama Pengganggu/Pencuri

Pengganggu adalah makhluk hidup atau organisme atau aktifitas lain diluar ikan budidaya yang keberadaannya dapat mengganggu kehidupan ikan budidaya. Perlakuan manusia yang kurang baik dalam mengelola ikan dapat dikategorikan sebagai pengganggu, misalnya saat sampling yang kurang baik atau cara panen yang kurang baik.

C.    Pengertian dan Penyebab Penyakit pada Ikan

Definisi atau pengertian penyakit ikan adalah suatu gejala fisiologis ikan yang disebabkan oleh suatu parasit atau faktor lingkungan yang tidak sesuai. Munculnya penyakit pada ikan selain dipengaruhi kondisi ikan yang lemah juga cara penyerangan dari organisme yang menyebabkan penyakit tersebut. Beberapa faktor ynag menyebabkan timbulnya penyakit pada ikan antara lain sebagai berikut :
a. Adanya serangan organisme parasit
b. Lingkungan yang tercemar (ammonia, sulfide atau bahan-bahan kimia beracun)
c. Lingkungan dengan fluktuasi suhu, pH, salinitas, dan kekeruhan yang besar
d. Pakan yang tidak sesuai atau gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan
e. Kondisi tubuh ikan yang lemah karena faktor genetic (kurang kuat menghadapi perubahan lingkungan).

Penyakit ikan terjadi jika ikan (inang), hidup dalam lingkungan perairan yang kurang sesuai untuk kehidupan ikan, tetapi mendukung patogen untuk memperbanyak diri atau berkembang biak. Ini akan menyebabkan perubahan secara patofisiologi pada organ-organ tubuh ikan. Timbulnya serangan penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme penyakit.
Interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit. Jika pertahanan tubuh inang lemah dan patogen yang terdapat dalam tubuh inang banyak, tetapi lingkungan tetap sesuai dan mendukung untuk meningkatkan ketahanan tubuh inang maka penyakit tidak akan muncul karena patogen tidak dapat berkembang biak.
Hubungan antara parasit, ikan (inang) dan faktor lingkungan terhadap terjadinya penyakit (yang disebut Interaksi Tripel) digambarkan dalam diagram Venn pada Gambar 5 di bawah ini.
Penjelasan dari “Interaksi Tripel” diatas adalah sebagai berikut ;
1.    Ikan
Ikan merupakan sasaran atau inang dari penyakit. Ikan sehat memiliki kemampuan mempertahankan diri dari serangan berbagai penyakit dengan adanya mekanisme pertahanan diri. Kemampuan ikan mempertahankan diri dari serangan penyakit tergantung pada kesehatan ikan dan lingkungan. Jika kesehatan ikan menurun atau kondisi lingkungan kurang menunjang, maka ikan akan mengalami stres, sehingga menurunkan kemampuannya mempertahankan diri dari serangan penyakit.Stres terjadi jika suatu faktor lingkungan (stressor) meluas atau melewati kisaran toleransi untuk ikan dan akan mengganggu fungsi fisiologis pada ikan tersebut. Pengaruh stres terhadap menurunnya ketahanan ikan terjadi secara hormonal. Ikan stres mempunyai respon hormonal, contohnya dapat berupa hormon esteorase (hormon yang banyak tertimbun di otak), atau hormon adrenaline dan respon seluler (phagocytic) relatif rendah, sehingga tidak mempunyai ketahanan yang memadai terhadap serangan penyakit.

2.    Lingkungan

Lingkungan dalam hal ini air, merupakan media paling vital bagi kehidupan ikan. Stressor (faktor lingkungan) dalam sistem budidaya ikan meliputi stressor 1) fisik (suhu, cahaya, suara, tekanan air) 2) kimiawi (pH, NH3, NO2, CO2, buangan metabolik, logam berat), 3) biologis (padat tebar, keberadaan hama) dan 4) prosedural budidaya (penebaran, sampling, pergantian air, pergantian wadah, pemanenan). Ikan yang mengalami stres akan mengalami rangkaian perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang disebut general adaptive syndrome (GAS). Selain jumlahnya, kualitas air yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan.
Parameter air yang biasanya diamati untuk menentukan kualitas air adalah oksigen, karbondioksida, pH (derajat keasaman), alkalinitas dan sistem buffer, ammonia, dan temperatur.

3.    Parasit

Penyakit ikan yang disebabkan oleh organisme parasit umumnya menimbulkan kerugian cukup besar. Karakteristik khusus yang terdapat pada penyakit ikan yang menyebabkan infeksi adalah kemampuan untuk menularkan penyakit (transmisi) dari satu ikan ke ikan yang lain secara langsung dimana organisme parasit sering menyebabkan infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat terluka karena gesekan dengan benda keras atau berhasil meloloskan diri dari serangan hama. Tetapi jika terlambat mengobatinya, tubuh ikan yang luka akan mengalami infeksi sekunder yang disebabkan oleh serangan organisme parasit.
Serangan parasit pada suatu usaha budidaya ikan menimbulkan dampak negatif yang cukup tinggi. Jika tidak ditangani segera tidak tertutup kemungkinan terjadi infeksi sekunder oleh patogen lain seperti bakteri dan virus misalnya melalui luka yang ditimbulkan olehnya. Dengan demikian, petani tidak akan membuat kesalahan dalam menduga penyebab timbulnya penyakit tersebut.
Infeksi sekunder yang disebabkan oleh organisme parasit telah terbukti menimbulkan banyak kematian pada ikan. Faktor-faktor yang menentukan prevalensi dan tingkat serangan dari parasit dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
a). Faktor Biologis meliputi umur, stres, nutrisi dan tingkat kepadatan yang tinggi
b). Faktor Lingkungan meliputi salinitas, kualitas air dan jenis sistem akuakultur
Inang dapat berupa ikan atau hewan air lainnya dimana daya tahan tubuh inang terhadap serangan penyakit dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain : umur dan ukuran, jenis, daya tahan tubuh dan status kesehatan ikan. Pada kondisi normal, ketiga faktor yaitu ikan, lingkungan dan patogen akan mampu menjaga keseimbangan. Ikan yang kita budidayakan akan memanfaatkan makanan yang berasal dari makanan yang bermutu, sehingga ikan dapat tumbuh berkembang dengan baik, bereproduksi dalam rangka melanjutkan keturunan, mampu mempertahankan diri dari perubahan lingkungan sekitarnya dengan baik. Terjadinya serangan penyakit pada ikan merupakan akibat adanya ketidakseimbangan antara ketiga faktor di atas. Jasad patogen biasanya akan menimbulkan gangguan sehingga terjadi perubahan pada kondisi lingkungan yang mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh ikan (ikan menjadi stress).
Pada ikan yang dibudidayakan penyakit dapat menyerang pada semua ukuran mulai dari benih, ikan konsumsi sampai induk. Penyakit yang biasa menyerang benih ikan biasanya karena infeksi parasit, sedangkan pada ukuran yang besar biasanya yang menyerang adalah jamur, luka borok, maupun benjolan.

D.    Pengelompokan Jenis-jenis Penyakit pada Ikan

Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak lansung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad pathogen (jasad penyakit). Dengan demikian timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil dari interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad/ organisme penyakit.
Secara garis besar, jenis-jenis penyakit pada ikan dikelompokkan menjadi 2, yaitu sebagai berikut ;

1.    Penyakit Parasiter/Infektif (Infectious disease)

Adalah penyakit yang disebabkan oleh aktivitas organisme parasit. Organisme yang sering menyerang ikan peliharaan antara lain virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik. Bakteri dan virus akan menyebabkan infeksi pada ikan budidaya, sementara yang disebabkan oleh parasit akan mengakibatkan investasi pada ikan budidaya.

2.    Penyakit Non Parasiter/Non Infektif (Non Infectious disease)

Adalah penyakit yang disebabkan bukan oleh hama maupun organisme parasit. Penyakit ini dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan faktor penyebabnya yaitu sebagai berikut ;
a).    Faktor lingkungan
Penyakit non parasiter yang disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang menunjang bagi kehidupan ikan, antara lain pH air terlalu tinggi/rendah, kandungan oksigen terlarut terlalu tinggi/rendah, perubahan temperatur air secara tiba-tiba, adanya gas beracun hasil penguraian bahan organik (gas metan, ammonia atau asam belerang), adanya polusi dari pestisida (insektisida atau herbisida), limbah industri atau limbah rumah tangga.
b).    Faktor pakan/nutrisi
Salah satu penyakit non parasiter akibat pakan adalah kelaparan. Kelaparan merupakan kekurangan nutrisi yang bersifat absolut. Kelaparan pada ikan menunjukkan gejala seperti anemia dan hambatan pertumbuhan. Contoh lainnya adalah penyakit yang disebabkan karena kualitas pakan yang diberikan kurang baik (malnutrition) antara lain karena kekurangan vitamin, gizinya rendah, bahan pakan yang digunakan telah busuk atau mengandung racun.
c).    Faktor genetik/turunan
Penyakit yang disebabkan oleh turunan, misalnya bentuk fisik dan kelainan- kelainan tubuh yang sudah ada sejak lahir, seperti tubuh bengkok, larva ikan yang cacat, sisik tidak lengkap atau sirip melengkung. Bentuk fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan, dimana faktor keturunan sangat berpengaruh langsung terhadap penampilan fisik ikan. Untuk mencegahnya harus dilakukan seleksi induk yang ketat pada saat melakukan breeding. Variasi genetika ini juga dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme, tutup insang yang tidak dapat menutup sempurna, ikan menjadi kerdil dan cacat.
(Sumber : https://mitalom.com/macam-macam-hama-penyakit-ikan-karakteristik-dan-pengelompokannya/)

  1. B. PENANGGULANGAN PENYAKIT IKAN
Cara penanggulangan penyakit ikan dengan menggunakan obat-obatan atau secara kimiawi dapat dilakukan di dalam bak (tank treatment) maupun di kolam/tambak (pond treatment). Sedangkan teknik-teknik yang digunakan sebagai berikut :
  1. 1. Jangka pendek
Untuk penanggulangan penyakit ikan jangka pendek (short duration) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
  1. Metode perendaman (Dip Method)
Metode perendaman dilakukan dengan memakai dosis konsentrasi yang tinggi untuk waktu yang pendek, tidak lebih dari beberapa detik. Ikan yang diobati dengan cara ini dimasukan kedalam jaring dan dicelupkan. Cara ini diterapkan pada pengobatan ikan dan telur ikan.
  1. Metode pembilasan (Rapis (Flus)
Metode pembilasan dilakukan dengan memakai konsentrasi yang relatif tinggi, ikan dibilas sekaligus sambil dilakukan penggantian air. Biasanya cara ini diterapkan untuk telur ikan.
  1. 2. Jangka panjang
Penanggulangan penyakit ikan jangka panjang (prolonged treatment) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:
  1. Metode pemandian (Bath Method)
Metode pengobatan dengan cara pemandian dilakukan sekitar 1 jam. Selama pengobatan ikan selalu diamati. Aerasi juga terus menerus diberikan selama pengobatan (pemandian).
  1. Perlakuan dengan aliran air tetap ( Constant Flow Treatment)
Metode ini diperlukan alat aliran air tetap (constan flow apparatus). Lama pengobatan untuk metode ini sekitar 1 jam.
  1. 3. Jangka waktu tak terbatas
Metode pengobatan ikan sakit dalam jangka waktu tak terbatas (indefinite treatment) umumnya dipakai untuk pengobatan dikolam, tambak atau bak-bak yang berukuran besar. Bahan kimia yang digunakan dalam dosis yang rendah untuk jangka waktu yang lama, dan dibiarkan supaya berkurang dan hilang dengan sendirinya.
  1. 4. Penyemprotan
Penanggulangan penyakit ikan di kolam atau tambak dapat dilakukan dengan cara penyemprotan. Bahan kimia yang biasanya digunakan adalah dengan jalan penyemprotan yaitu pestida. Pengobatan dengan pestida ini hanya dilakukan sebagai cara terakhir, setelah cara yang lain tidak yang efektif.
  1. 5. Penyuntikan
Pengobatan melalui penyuntikan biasanya dilakukan untuk ikan-ikan yang berukuran besar atau induk-induk ikan. Penyuntikan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:
  1. Secara Intra Peritoneal (IP), yaitu penyuntikan dilakukan pada bagian belakang dari rongga perut, tepat di depan sirip perut (diusahakan agar tidak melukai usus ikan).
  2. Secara Intra Muscular (IM), yaitu penyuntikan dilakukan pada bagian tengah otot punggung dekat sirip punggung (kurang lebih 3 sisik di bawah ujung belakang sirip punggung).
    1. 6. Pengobatan melalui makanan
Apabila ikan yang terserang penyakit masih mau makan (belum kehilangan nafsu makannya) maka pengobatan dapat dilakukan melalui makanan. Caranya, obat yang hendak digunakan dicampur dengan makanan (sesui dosis) sesaat sebelum makanan diberikan.
  1. C. PENANGGULANGAN HAMA
Hama adalah organisme yang dapat menimbulkan ganguan pada ikan budidaya secara langsung maupun tidak langsung. Untuk menanggulangi serangan hama lebih ditekankan pada system pengendalian hama terpadu, yaitu pemberantasan hama yang berasil, tetapi tidak mengakibatkan kerusakan ekosistem, termasuk hewan ternak, ikan budidaya, manusia, dan musuh alami yang mengkonsumsinya (hama). Dengan kata lain, apabila masih ada cara yang dapat dilakukan dan ternyata memberikan hasil yang baik, maka tidak perlu menggunakan obat-obatan, apa lagi obat-obatan buatan pabrik (pestisida anorganik). Oleh karena itu, penanggulangan hama umumnya dilakukan dengan cara mekanis. Pemberantasan secara mekanis sebaiknya dilakukan petani ikan pada saat sebelum penebaran benih. Cara ini merupakan tindakan pencegahan (preventif). Cara pencegahan ini lebih menguntungkan karena tidak menimbulkan dampak yang merugikan pada lingkungan, mudah dan murah pelaksanaannya, tidak berpengaruh buruk pada usaha budidaya dan memberikan pengaruh yang cukup lama.

Tindakan pencegahan seperti menyiapkan kondisi kolam/ tambak yang sempurna dengan perlakuan pengolahan tanah yang baik, pengeringan yang memenuhi syarat, pengapuran dengan dosis yang sesuai pH dan sifat tanah, mempertinggi peranan dan fungsi saluran, pintu air dan alat penyaringannya dalam kolam/tambak, akan memberikan andil yang sangat besar dalam usaha penanggulangan hama.

(Sumber:https://fisherymilenial.blogspot.com/2019/11/menganalisis-hama-dan-penyakit-pada.html?m=1)

Prosedur pemanenan hasil pengembangbiakan komoditas perikanan

Prosedur pemanenan dan pasca panen hasil pengembangbiakan komoditas perikanan air tawar



Prosedur pemanenan dan pasca panen hasil pengembangbiakan komoditas perikanan air tawar



PEMANENAN

Pemanenan hasil budidaya ikan baik pada pembenihan maupun pembesaran pada prinsipnya hampir sama, tetapi khusus untuk pembenihan harus dilakukan dengan cara ekstra hati-hati karena ikan berukurannya masih kecil.Pada pemanenan hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Cara Panen


Pengecekan saat mau panen
Cara panen adalah proses pengambilan ikan, baik keseluruhan dan sebagian dari kolam dipindah ketempat lain untuk siap dipasarkan. Cara panen prinsip semua ikan hampir sama yakni dengan mengeluarkan air dari kolam ikan dan setelah air berkurang ikan baru ditangkap.

Proses pengambilan ikan
Tapi ada beberapa ikan dan udang yang berbeda perlakukannya. Misalnya, panen pada ikan mas akan tidak sama perlakuannya dengan panen belut atau udang.
Pemanenan dapat dilakukan sebagian atau semuanya. Panen sebagian adalah dengan cara mengurangi air kolam kemudian ikan yang diinginkan baik jenis dan ukuran dipanen,sedangkan ikan yang ditinggal dapat dipelihara lagi. Pemanenan sebagian biasanya banyak pada budidaya benih ikan. Sementara panen keseluruhan adalah setelah air dikeluarkan dari kolam, semua ikan ditangkap atau di panen. Untuk menghindari jumlah ikan yang mati atau mengalami kerusakan fisik, proses pemanenan harus dilakukan secara hati-hati. Ikan yang mengalami kerusakan dapat memperlemah kondisi tubuh ikan tersebut sehingga sangat berpengaruh terhadap daya hidupnya ikan tersebut.
2. Waktu Panen

Menimbang hasil panen
Kegiatan pemanenan sebaik dilakukan ketika suhu tidak tinggi ata sinar matahari sedang teduh, biasanya itu yang tepat adalah pagi hari ( 05.00 - 08.00 ) dan sore hari ( 15.00 - 18.00 ). Pelaku usaha budidaya ikan atau udang dan petani ikan untuk melakukan panen memilih serta memperkirakan sendiri yang terbaik. Pemanenan jangan sampai dilakukan saat terik matahari akan menyebabkan ikan kondisinya melemah atau mati. Ikan yang kepanasan, metabolisme tubuhnya akan terpacu sehingga kebutuhan oksigen menjadi tinggi. Bila oksigen yang dibutuhkan ikan dalam jumlah terbatas akan menyebabkan strees dan lemah.



3.Umur panen 

Umur  ikan pada waktu dipanen tergantung keinginan yang membudidayakan. Biasanya pembudidaya memanen ikan setelah memperhatikan permintaan pasar.  Jenis usaha yang banyak dilakukan oleh petani atau pelaku usaha kebanyakan adalah pembenihan karena waktu pemeliharaannya dibanding pembesaran, karena rata2 petani terbentur dengan modal.

Umur ikan pada waktu dipanen tergantung dari hal-hal sebagai berikut :
  1. Jenis Ikan ; Jenis ikan yang memiliki pertumbuhan tubuh cepat besar tentu umur panennya juga akan berbeda dengan jenis ikan yang memiliki pertumbuhan  relatif lama.
  2. Ukuran Ikan ; Ikan ukuran benih yang akan dipanen memiliki umur yang lebih muda daripada ikan ukuran konsumsi.
Beberapa contoh jenis ikan kosumsi yang dipanen adalah sebagai berikut :
  1. Gurame berat awal dibudidayakan 100 gr, umur panen 6 - 18 bulan, dengan berat akhir 300 - 700 gr
  2. Lele dumbo  berat awal dibudidayakan 10 gr, umur panen 5 - 8 bulan, dengan berat akhir 100 - 200 gr
  3. Patin berat awal dibudidayakan 10 gr, umur panen 4 - 6 bulan, dengan berat akhir 700 - 800 gr
  4. Belut berat awal dibudidayakan 10-20 gr, umur panen 4 bulan, dengan berat akhir 40 - 100 gr
  5. Mujair berat awal dibudidayakan 20 gr, umur panen 3-4 bulan, dengan berat akhir 200 - 250 gr
  6. Bawal berat awal dibudidayakan 10 gr, umur panen 3-4 bulan, dengan berat akhir 200 - 300 gr
  7. Nila berat awal dibudidayakan 10 gr, umur panen 4 - 12 bulan, dengan berat akhir 150 - 800 gr

B. PENANGANAN PASCAPANEN
Setelah selesai  melalui proses pemanenan langkah selanjutnya yang dilakukan adalah penanganan pascapanen terhadap benih maupun ikan kosumsi yang dihasilkan. Penanganan pascapanen merupakan penanganan ikan setelah diambil dari media hidupnya mulai dari pengemasan hingga pengikirimannya.

Dua penanganan pascapanen ikan yang dilakukan yakni untuk ikan dalam kondisi mati dan ikan dalam kondisi hidup. Penanganan pada kondisi ikan mati  harus dapat mempertahankan mutu kesegarannya supaya ikan tidak rusak atau menurun mutunya. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain :

  1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan tidak luka
  2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dari lendir
  3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. 
Untuk itu para pembudidaya ikan biasanya menggunakan es, garam atau freezer. Es yang digunakan  bisa berbentuk bongkahan, pecahan, atau curah. Dalam penggunaan es sebagai pendingin minimal perbandingan yang paling ideal antara es dan ikan adalah 1 : 1. Dasar kotak dilapisi es setenal 4-5 cm dan diatasnya disusun ikan setebal 5-10 cm, lalu diberi es lagi dan seterusnya. Antara dinding kota dan ikan diberi es dan begitu juga antar ikan dengan penutup kotak. Kondisi tersebut harus selalu dijaga. Sementara penambahan garam pada upaya mempertahankan mutu ikan segar adalah dengan ukuran  berkisar 2,5 - 10 % dari berat es. Penambahan garam tidak boleh sedikit atau banyak katena bila terlalu sedikit akan menumbuhkan bakteri pada ikan, sedangkan bila terlalu banyak akan menyebabkan ikan mejadi masin. Penggunaan Frezeer dalam penanganan  ikan pascapanen sebenarnya sangat dianjurkan tetapi biaya yang dikeluarkan oleh petani ikan terlalu mahal dibandingkan dengan penggunaan es.

Sementara itu,  penanganan untuk ikan yang dipanen dalam kondisi hidup biasanya berupa ikan berukuran benih dan ikan kosumsi. Keuntungan dari penanganan ikan dalam kondisi hidup antara lain lebih mudah  dan biayanya cenderung murah karena tidak membutuhkan perlakuan tambahan untuk mempertahankan mutu ikan.

Sebelum dipasarkan, sebaiknya para pembudidaya dan pelaku usaha perikanan melakukan proses sortasi terhadap benih atau ikan kosumsi yang dipanen, baik dalam keadaan mati segar atau hidup.  Hal ini karena pedagang yang membeli lebihn menyukai bila ikan yang dibelinya telah seragam ukuranya.
Keuntungan dari proses sortasi antara lain adalah sebagai berikut :
  1. Harga ikaan yang disortasi akan lebih baik
  2. Penawaran harga lebih jelas sesuai dengan grade/ukuran ikan
  3. Dapat  menyeleksi ikan yang mati, tidak segar, terkena penyakit atau cacat
  4. Untuk ikan hidup, pada waktu dilakukan pengangkutan mengurangi terjadi persaingan yang berarti dalam memanfaatkan media hidup antara sesama ikan
  5. Menguntungkan bagi pembeli bila ikan berwujud benih yang akan dibudidayakan lagi.
1. Pengemasan

Pengemasan  adalah suatu cara untuk membuat ikan dalam kondisi nyaman, tidak rusak, mudah,praktis dan tidak mengganggu kondisi sekitarnya, yakni selama pengangkutan atau pengiriman. Kegiatan pengamasan harus dilakukan hati-hati terutama untuk mengangkut ikan dalam kondisi hidup karena ikan ini harus mampu hidup dan kondisi fisiknya bagus sampai ke pembeli.

Pada proses pengemasan ikan hidup memerlukan keahlian dan perhitungan yang matang, terutama pada pengamasan ikan hidup dengan sistem tertutup. Cara pengamasan ikan hidup mempunyai dua cara yakni sistem terbuka dan sistem tertutup.

A. Sistem terbuka
Sistem terbuka yaitu ikan yang diangkut dengan wadah atau tempat yang media airnyaa masih berhubungan dengan udara bebas. pengangkutan sistem ini biasanya digunakan untuk jarak dekat dan membutuhkan waktu tidak lama. 
    B. Sistem Tetutup
    Sistem tertutup yaitu pengemasan ikan hidup yang dilakukan  mengunakan wadah tertutup, udara dari luar tidak bisa masuk kedalam media tersebut. Pengemasan dengan cara ini dapat dilakukan pada jarak yang jauh. Pada sistem pengemasan tertutup harus cermat dalam perhitungan kebutuhan oksigen dengan lama waktu perjalanan, dan juga penambahan bahan dalam media sistem ini juga diperhatikan. Penambahan bahan pada media pengemasan tergantung pada jenis ikan tertentu yang akan dikemas

      Catatan : cara pengemasan ikan baik sistem tertutup maupun terbuka terutama pada benih harus ekstra hati-hati dan perlakuan sangaat khusus. Dan cara pengemasannya, bahan dan peralatan yang dibutuhkan tergantung pada ikan/udang tertentu yang akan dikemas. Ini ada  pada LKS 
        
      2. Pengangkutan

      Pengangkutan ikan baik benih maupun kosumsi dalam keadaan hidup, mati segar dapat dilakukan pengangkutan melalui jalur darat, laut dan udara.Pengangkutan jarak jauh lebih baik mengunakan pesawat terbang saja karena waktu tempuh lebih cepat. Tujuannya agar ikan cepat sampai tujuan dan tidak mengalami stress. 

      Dalam pengangkutan ikan hidup, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,yakni :
      1. Jenis ikan, Jenis ikan gurame akan berbeda dengan labster dalam pengemasan
      2. Ukuran ikan, Ukuran ikan akan menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan dan kepadatan yang dibutuhkan dalam pengemasan
      3. Kepadatan ikan yang akan mempengaruhi sarana pengangkutan
      4. Sistem kemasan, kemasanya bisa mengunakan sistem tertutup atau terbuka
      5. Jarak tempuh, jarak yang jauh perlu mempertimbangkan sarana transportasi dan sistem kemasan
      6. Suhu harus dapat dipertahankan mendekati suhu normal. Untuk mepertahankan suhu sebaiknya diberi pecahan es batu disekitar media kemasan dengan perkiraan 10% dari banyaknya air media dalam kemasan.

      Contoh Pengangkutan beberapa jenis ikan :
      1. Ikan Nila, ukuran 3-5 cm kepadatan 1000 ekor, ukuran 5-8 cm kepadatan 600 ekor dan ukuran 8-12 cm kepadatan 300 ekor, sistem pengemasan tertutup serta wadah yang digunakan kantong plastik.
      2. Ikan Lele, ukuran 8-12 cm kepadatan 250-350 ekor, sistem pengemasan tertutup dan wadah yang digunakan kantong plastik. Sedangkan ukuran yang sama tetapi sistem pengemasan terbuka, wadah yang dipakai jirigen.
      3. Ikan Patin, ukuran 2-3 cm kepadatan 2000 ekor, sistem pengemasan tertutup serta wadah yang digunakan kantong plastik. Sedang ukuran yang sama tetapi sistem pengemasannya terbuka mengunakan drum 200 liter dilengkapi oksigen dengan kepadatan 15.000 - 20.000 ekor
      4. Ikan Belut, semua ukuran, kepadatan 2/3-3/4 volume jirigen ataau kantong plastik, sistem pengemasan tebuka serta wadah yang digunakan kantong plastik/jirigen.
      5. Ikan Lobster, ukuran 1-2 cm kepadatan 500-1000 ekor, sistem pengemasan tertutup serta wadah yang digunakan kantong plastik. 

      (Sumber :http://www.budilaksono.com/2014/01/modul-memanen-hasil-budidaya-ikan.html?m=1)

      Lihat juga, prosedur pemanenan dan penanganan pasca panen hasil pengembangbiakan kpat menurut sumber lain dibawah ini !



      Teknik Pemanenan Ikan
      Panen dan Pasca Panen Ikan


      Prinsip dasar dari pemanenan yang perlu dijaga oleh pelaku bisnis adalah ikan harus dapat tetap hidup setelah ditangkap dan ditampung dalam satu wadah, kecuali pada ikan nila yang dipasarkan di pasar local dapat langsung dimasukkan kedalam bak berisi es batu. 

      Berdasarkan prinsip ini, langkah yang perlu diperhatikan dalam pemanenan  yaitu tingkat stress yang dialami ikan. 

      Semakin sedikit ikan mendapatkan stress maka semakin besar peluang ikan dapat tetap bertahan hidup. 

      Pemanenan Benih Ikan

      Panen dan Pasca Panen Ikan


      Pada pemanenan ditahapan benih, untuk mengurangi stress yang dialami benih ikan maka penggunaan bahan alat tangkap serta proses penangkapan sendiri perlu mendapat perhatian. Bahan alat tangkap yang dianjurkan hendaknya terbuat dari bahan yang halus dan lembut. 

      Sementara proses penangkapannya sendiri dilakukan dengan lembut, mulai dari pengurangan air secara bertahap, penggiringan ke tempat pemanenan, serta pengangkatan dengan alat tangkap. 

      Selain itu, waktu pelaksanaan panen dilakukan pada saat cuaca tidak panas, sebaiknya pada sore hari. Benih ikan sendiri dipuasakan paling tidak 1 hari sebelum dipanen. 

      Walaupun ikan ukuran konsumsi cenderung lebih dapat bertahan daripada benih, pemanenan pada tahap pembesaran juga perlu dilakukan secara halus. 

      Poin penting yang perlu diperhatikan pada penangkapan ikan pada  tahap pembesaran yaitu tempat penampungan ikan hasil tangkapan harus mempunyai air dengan kualitas yang minimal sama dengan air kolam pembesaran. 

      Oleh sebab itu, pasokan air mengalir pada tempat penampungan ikan sangat mutlak diperlukan. 

      Disamping itu, penghentian pemberian pakan pada ikan sehari sebelum panen yang juga dikenal sebagai pemberokan juga dapat menjaga kondisi ikan dan kualitas air saat transportasi. 


      Pasca Panen 


      Panen dan Pasca Panen Ikan


      Kegiatan pasca panen merupakan kelanjutan kegiatan pemanenan yang suah dilakukan. 

      Sering kali para pembudidaya tidak begitu mempedulikan hal - hal yang perlu diperhatikan pada tahapan ini. 

      Sebagai contoh, pada pembenihan ikan mas yang digunakan untuk pembesaran diKJA, ikan-ikan yang selesai dipanen langsung dikemas untuk dikirim dari daerah pembenihan ke daerah pembesaran danau atau waduk. 

      Pasca Panen Benih

      Kenyataan dilapangan menunjukkan adanya pengangkutan benih sebanyak mungkin pada kantung plastik yang terbatas sebagai langkah penghematan. Padahal, perlakuan ini justru menyebabkan timbulnya kematian yang tinggi pada benih, yaitu hingga 20%. 

      Pengetahuan tentang titik-titik rawan atau penting saat pasca panen akan sangat membantu pelaku budidaya untuk mencegah terjadinya potensi kehilangan melalui beberapa tindakan sederhana. 

      Pada prinsipnya, kegiatan pasca panen merupakan kegiatan panen dan pasca panen terhadap memburuknya kondisi ikan akibat pengaruh saat proses pemanenan, penampungan, pendistribusian, serta penebaran. 

      Tahap Pengumpulan dan Pengangkutan ke Penampungan

      Titik rawan selanjutnya yaitu pada saat pengumpulan dan pengangkutan ikan ke tempat penampungan. 

      Untuk pengangkutan benih ikan dengan tong plastik ukuran 160 cm yang dibelah setengahnya, kepadatan benih ukuran 1 - 3 cm dalam 10 - 15 liter air Antara 5.000 - 10.000 ekor, benih ukuran 3 - 5 cm sebanyak 2.500 - 5.000 ekor, dan benih ukuran 7 - 8 cm atau lebih sebanyak 1000 - 2.000 ekor. 

      Tahap Penampungan dan Pengemasan

      Titik rawan selanjutnya yaitu masa penampungan dan pengepakan dengan kantong plastik berisi oksigen. 

      Untuk memulihkan vitalitas benih yang dipanen, benih ditampung terlebih dulu dalam kolam penampungan dengan system air masuk yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen benih. 

      Lama penampungan hendaknya dilakukan selama 12 jam. Namun, seringkali hal tersebut dianggap hanya memboroskan waktu. Padahal, dengan menampung selama 12 - 14 jam, benih ikan mendapat kesempatan untuk recovery. 

      Selanjutnya, pemasukan oksigen ke dalam kantong plastik perlu dilakukan secara perlahan. 

      Untuk mencegah ikan stress selama pengangkutan, tambahkan obat antistres yang telah banyak dijual dipasaran, misalnya squil dengan dosis 1 tetes setiap 2 liter air. 

      Tahap Pendistribusian 


      Penanganan saat transportasi, termasuk pemindahaan kantong plastik dari satu tempat ke tempat lain serta posisi kantong saat ada dikendaraan, juga perlu diperhatikan dalam rangka mengurangi stress pada ikan. 

      Pemindahan plastik harus dilakukan secara hati - hati dan penyusunan kantung didalam kendaraan tidak membuat kantung yang berada di bagian bawah tertekan sehingga menyempit atau gepeng/pipih. 

      Tahap Penebaran Pasca Panen

      Proses adaptasi terhadap lingkungan sebelum dikeluarkan dari kantung plastik juga mempengaruhi terhadap keadaan ikan. 

      Dengan membiarkan kantung plastik terendam dalam media yang akan digunakan sebagai tempat pembesaran minimal 1 jam, ikan akan dapat beradaptasi dengan baik dan proses keluarnya ikan pun dilakukan tanpa paksaan. Ikan akan berenang ke luar dengan sendirinya. 

      Teknik Pemanenan Ikan dan Pasca Panen Ukuran Konsumsi 

      Penanganan pasca panen ikan ukuran konsumsi jauh lebih sederhana dibandingkan pasca panen pada benih. 

      Hal tersebut disebabkan ikan konsumsi umumnya hanya memerlukan waktu satu hari dalam penampungan sebelum habis dipasarkan oleh penjual. 

      Namun, untuk beberapa jenis ikan tertentu yang memerlukan penampilan baik seperti ikan gurami, penanganan pasca panennya perlu diperhatikan dengan lebih seksama. 

      Poin terpenting yang perlu diperhatikan pada penanganan pasca panen ikan yaitu saat penangkapan. 

      Pasca panen ikan gurami hanya dilakukan dengan penangkapan ikan satu per satu tanpa menggunakan jaring atau serokan. 

      Sementara untuk jenis ikan lainnya, penangkapan dilakukan dengan menggunakan serokan yang sesuai dengan ukuran ikan. 

      Untuk wadah pengangkutan, satu kantong plastik dapat memuat ikan sebanyak 5 - 7 kg, sedangkan tong plastik ukuran 160 liter dapat mengangkut 20 - 25 kg ikan. 

      Untuk menjaga kestabilan suhu saat pengangkutan agar tetap dingin, penggunaan batu es akan banyak membantu. Maka perlu disediakan beberapa es batu untuk mempermudah panen dan pasca panen ikan jenis konsumsi. Hal ini dapat menghindari terjadinya kerugian dengan meminimalisir membusuknya ikan di perjalanan.


      (Sumber: https://fisherymilenial.blogspot.com/2019/11/prosedur-pemanenan-dan-pasca-panen.html?m=1)