Menganalisis pengendalian hama dan penyakit pada pemeliharaan larva ikan
Hama & Penyakit Ikan – Dalam usaha budidaya perikanan pengenalan jenis-jenis dan karakteristik hama dan penyakit pada ikan mutlak diperlukan untuk mendukung kelancaran usaha budidaya. Secara umum, hama dan penyakit ikan diartikan sebagai semua hewan atau makhluk hidup yang berada dalam areal budidaya ikan yang mana keberadaannya dapat menimbulkan kerugian. Hama ikan dapat mengakibatkan kerugian secara langsung maupun tidak langsung. Dalam artian hama ikan dapat membunuh atau memangsa ikan secara langsung maupun mengganggu sehingga menyebabkan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan terganggu. Biawak dan ular adalah contoh hama ikan yang memangsa ikan secara langsung, sedangkan yuyu atau kepiting seringkali membuat lubang-lubang pada dinding kolam atau tambak sehingga menyebabkan kebocoran. Keberadaan kepiting/yuyu dapat menimbulkan beberapa kerugian diantaranya kerusakan pada tanggul atau pematang sehingga menyebabkan kebocoran. Kepiting biasanya membuat lubang-lubang pada tanggul sehingga kedalaman air sulit dipertahankan dan dapat mengakibatkan masuknya hama pemangsa dan penyaing dalam petakan kolam atau tambak. Selain itu menyebabkan udang atau ikan yang dipelihara akan lolos melalui lubang kepiting tersebut.
B. Pengertian, Identifikasi dan Pengelompokan Hama Ikan
Definisi atau pengertian hama ikan adalah semua makhluk hidup (hewan) baik yang berukuran tubuh lebih kecil, sama ataupun lebih besar dari tubuh ikan yang keberadaannya tidak diinginkan karena mampu menimbulkan gangguan pada ikan. Dengan kata lain hama ikan adalah semua makhluk hidup yang dapat memangsa, mengganggu ataupun menjadi pesaing hidup dalam suatu habitat ikan. Secara umum, berdasarkan sifat hidupnya hama pada ikan dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu predator, kompetitor dan pengganggu. Berikut ini karakteristik hama ikan berdasarkan pengelompokan tersebut ;
1. Hama Predator
Predator adalah hama ikan yang bersifat memangsa atau sebagai pemangsa ikan. Umumnya predator adalah binatang karnivora (pemakan daging) yang memburu dan menyantap ikan sebagai targetnya. Predator tidak selalu memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari mangsanya, ada juga predator yang ukuran tubuhnya lebih kecil dari mangsa. Biasanya predator yang ukuran tubuhnya lebih kecil dari mangsa memiliki senjata khusus yang mematikan, misalnya bisa atau racun. Predator dengan ukuran tubuh lebih besar dari mangsa biasanya memangsa ikan dalam jumlah banyak dan dilakukan berkali-kali. Predator ini biasanya menetap di kolam ikan dan lingkungan sekitar kolam, dan ada juga yang sengaja datang dari jauh untuk mencari makan.
Jenis-jenis predator ikan bermacam-macam, yaitu dapat berupa ikan yang lebih besar, hewan air jenis lain, hewan darat, serangga atau insekta air. Contoh jenis ikan yang dapat menjadi predator adalah ikan tagih (Mystus nemurus), ikan lele (Clarias batrachus), ikan kakap (Lates calcalifer), ikan bulan-bulan (Megalops cyprinides), belut dan ikan gabus. Predator ikan lainnya adalah linsang, ular, kura-kura, labi-labi, biawak, burung bangau, burung kuntul, burung blekok, burung ibis, burung raja udang, anjing dan katak.
2. Hama Kompetitor
2. Hama Kompetitor
Kompetitor adalah hewan atau organisme yang sama-sama berada dalam satu habitat ikan dimana keberadaannya tidak diinginkan karena menimbulkan persaingan dalam mendapatkan makanan, oksigen maupun ruang gerak ikan. Kompetitor dapat berupa ikan maupun jenis hewan lain yang berada dalam suatu areal habitat ikan. Contoh kompetitor yang sering menimbulkan persaingan memperoleh makanan adalah ikan mujair. Keberadaan ikan ini dalam suatu habitat ikan budidaya cukup berbahaya, ikan mujair dikenal sangat rakus dan mudah berkembang biak sehingga populasinya cepat meningkat. Oleh karena itu keberadaan ikan mujair dapat menimbulkan persaingan dalam mendapatkan makanan, oksigen maupun ruang gerak. Jenis hama kompetitor lainnya yaitu yuyu (Saesarma spp.), kepiting (Scylla serrata), katak (pada fase berudu), keong dan sebagainya. Keberadaan hewan kompetitor tersebut menyebabkan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan terganggu, seprti lambatnya pertumbuhan dan bahkan menimbulkan kematian.
3. Hama Pengganggu/Pencuri
Pengganggu adalah makhluk hidup atau organisme atau aktifitas lain diluar ikan budidaya yang keberadaannya dapat mengganggu kehidupan ikan budidaya. Perlakuan manusia yang kurang baik dalam mengelola ikan dapat dikategorikan sebagai pengganggu, misalnya saat sampling yang kurang baik atau cara panen yang kurang baik.
C. Pengertian dan Penyebab Penyakit pada Ikan
Definisi atau pengertian penyakit ikan adalah suatu gejala fisiologis ikan yang disebabkan oleh suatu parasit atau faktor lingkungan yang tidak sesuai. Munculnya penyakit pada ikan selain dipengaruhi kondisi ikan yang lemah juga cara penyerangan dari organisme yang menyebabkan penyakit tersebut. Beberapa faktor ynag menyebabkan timbulnya penyakit pada ikan antara lain sebagai berikut :
a. Adanya serangan organisme parasit
b. Lingkungan yang tercemar (ammonia, sulfide atau bahan-bahan kimia beracun)
c. Lingkungan dengan fluktuasi suhu, pH, salinitas, dan kekeruhan yang besar
d. Pakan yang tidak sesuai atau gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan
e. Kondisi tubuh ikan yang lemah karena faktor genetic (kurang kuat menghadapi perubahan lingkungan).
b. Lingkungan yang tercemar (ammonia, sulfide atau bahan-bahan kimia beracun)
c. Lingkungan dengan fluktuasi suhu, pH, salinitas, dan kekeruhan yang besar
d. Pakan yang tidak sesuai atau gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan
e. Kondisi tubuh ikan yang lemah karena faktor genetic (kurang kuat menghadapi perubahan lingkungan).
Penyakit ikan terjadi jika ikan (inang), hidup dalam lingkungan perairan yang kurang sesuai untuk kehidupan ikan, tetapi mendukung patogen untuk memperbanyak diri atau berkembang biak. Ini akan menyebabkan perubahan secara patofisiologi pada organ-organ tubuh ikan. Timbulnya serangan penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme penyakit.
Interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit. Jika pertahanan tubuh inang lemah dan patogen yang terdapat dalam tubuh inang banyak, tetapi lingkungan tetap sesuai dan mendukung untuk meningkatkan ketahanan tubuh inang maka penyakit tidak akan muncul karena patogen tidak dapat berkembang biak.
Hubungan antara parasit, ikan (inang) dan faktor lingkungan terhadap terjadinya penyakit (yang disebut Interaksi Tripel) digambarkan dalam diagram Venn pada Gambar 5 di bawah ini.
Penjelasan dari “Interaksi Tripel” diatas adalah sebagai berikut ;
1. Ikan
Ikan merupakan sasaran atau inang dari penyakit. Ikan sehat memiliki kemampuan mempertahankan diri dari serangan berbagai penyakit dengan adanya mekanisme pertahanan diri. Kemampuan ikan mempertahankan diri dari serangan penyakit tergantung pada kesehatan ikan dan lingkungan. Jika kesehatan ikan menurun atau kondisi lingkungan kurang menunjang, maka ikan akan mengalami stres, sehingga menurunkan kemampuannya mempertahankan diri dari serangan penyakit.Stres terjadi jika suatu faktor lingkungan (stressor) meluas atau melewati kisaran toleransi untuk ikan dan akan mengganggu fungsi fisiologis pada ikan tersebut. Pengaruh stres terhadap menurunnya ketahanan ikan terjadi secara hormonal. Ikan stres mempunyai respon hormonal, contohnya dapat berupa hormon esteorase (hormon yang banyak tertimbun di otak), atau hormon adrenaline dan respon seluler (phagocytic) relatif rendah, sehingga tidak mempunyai ketahanan yang memadai terhadap serangan penyakit.
2. Lingkungan
Lingkungan dalam hal ini air, merupakan media paling vital bagi kehidupan ikan. Stressor (faktor lingkungan) dalam sistem budidaya ikan meliputi stressor 1) fisik (suhu, cahaya, suara, tekanan air) 2) kimiawi (pH, NH3, NO2, CO2, buangan metabolik, logam berat), 3) biologis (padat tebar, keberadaan hama) dan 4) prosedural budidaya (penebaran, sampling, pergantian air, pergantian wadah, pemanenan). Ikan yang mengalami stres akan mengalami rangkaian perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang disebut general adaptive syndrome (GAS). Selain jumlahnya, kualitas air yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan.
Parameter air yang biasanya diamati untuk menentukan kualitas air adalah oksigen, karbondioksida, pH (derajat keasaman), alkalinitas dan sistem buffer, ammonia, dan temperatur.
3. Parasit
Penyakit ikan yang disebabkan oleh organisme parasit umumnya menimbulkan kerugian cukup besar. Karakteristik khusus yang terdapat pada penyakit ikan yang menyebabkan infeksi adalah kemampuan untuk menularkan penyakit (transmisi) dari satu ikan ke ikan yang lain secara langsung dimana organisme parasit sering menyebabkan infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat terluka karena gesekan dengan benda keras atau berhasil meloloskan diri dari serangan hama. Tetapi jika terlambat mengobatinya, tubuh ikan yang luka akan mengalami infeksi sekunder yang disebabkan oleh serangan organisme parasit.
Serangan parasit pada suatu usaha budidaya ikan menimbulkan dampak negatif yang cukup tinggi. Jika tidak ditangani segera tidak tertutup kemungkinan terjadi infeksi sekunder oleh patogen lain seperti bakteri dan virus misalnya melalui luka yang ditimbulkan olehnya. Dengan demikian, petani tidak akan membuat kesalahan dalam menduga penyebab timbulnya penyakit tersebut.
Infeksi sekunder yang disebabkan oleh organisme parasit telah terbukti menimbulkan banyak kematian pada ikan. Faktor-faktor yang menentukan prevalensi dan tingkat serangan dari parasit dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
a). Faktor Biologis meliputi umur, stres, nutrisi dan tingkat kepadatan yang tinggi
b). Faktor Lingkungan meliputi salinitas, kualitas air dan jenis sistem akuakultur
b). Faktor Lingkungan meliputi salinitas, kualitas air dan jenis sistem akuakultur
Inang dapat berupa ikan atau hewan air lainnya dimana daya tahan tubuh inang terhadap serangan penyakit dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain : umur dan ukuran, jenis, daya tahan tubuh dan status kesehatan ikan. Pada kondisi normal, ketiga faktor yaitu ikan, lingkungan dan patogen akan mampu menjaga keseimbangan. Ikan yang kita budidayakan akan memanfaatkan makanan yang berasal dari makanan yang bermutu, sehingga ikan dapat tumbuh berkembang dengan baik, bereproduksi dalam rangka melanjutkan keturunan, mampu mempertahankan diri dari perubahan lingkungan sekitarnya dengan baik. Terjadinya serangan penyakit pada ikan merupakan akibat adanya ketidakseimbangan antara ketiga faktor di atas. Jasad patogen biasanya akan menimbulkan gangguan sehingga terjadi perubahan pada kondisi lingkungan yang mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh ikan (ikan menjadi stress).
Pada ikan yang dibudidayakan penyakit dapat menyerang pada semua ukuran mulai dari benih, ikan konsumsi sampai induk. Penyakit yang biasa menyerang benih ikan biasanya karena infeksi parasit, sedangkan pada ukuran yang besar biasanya yang menyerang adalah jamur, luka borok, maupun benjolan.
Pada ikan yang dibudidayakan penyakit dapat menyerang pada semua ukuran mulai dari benih, ikan konsumsi sampai induk. Penyakit yang biasa menyerang benih ikan biasanya karena infeksi parasit, sedangkan pada ukuran yang besar biasanya yang menyerang adalah jamur, luka borok, maupun benjolan.
D. Pengelompokan Jenis-jenis Penyakit pada Ikan
Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak lansung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad pathogen (jasad penyakit). Dengan demikian timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil dari interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad/ organisme penyakit.
Secara garis besar, jenis-jenis penyakit pada ikan dikelompokkan menjadi 2, yaitu sebagai berikut ;
1. Penyakit Parasiter/Infektif (Infectious disease)
Adalah penyakit yang disebabkan oleh aktivitas organisme parasit. Organisme yang sering menyerang ikan peliharaan antara lain virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik. Bakteri dan virus akan menyebabkan infeksi pada ikan budidaya, sementara yang disebabkan oleh parasit akan mengakibatkan investasi pada ikan budidaya.
2. Penyakit Non Parasiter/Non Infektif (Non Infectious disease)
Adalah penyakit yang disebabkan bukan oleh hama maupun organisme parasit. Penyakit ini dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan faktor penyebabnya yaitu sebagai berikut ;
a). Faktor lingkungan
Penyakit non parasiter yang disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang menunjang bagi kehidupan ikan, antara lain pH air terlalu tinggi/rendah, kandungan oksigen terlarut terlalu tinggi/rendah, perubahan temperatur air secara tiba-tiba, adanya gas beracun hasil penguraian bahan organik (gas metan, ammonia atau asam belerang), adanya polusi dari pestisida (insektisida atau herbisida), limbah industri atau limbah rumah tangga.
b). Faktor pakan/nutrisi
Salah satu penyakit non parasiter akibat pakan adalah kelaparan. Kelaparan merupakan kekurangan nutrisi yang bersifat absolut. Kelaparan pada ikan menunjukkan gejala seperti anemia dan hambatan pertumbuhan. Contoh lainnya adalah penyakit yang disebabkan karena kualitas pakan yang diberikan kurang baik (malnutrition) antara lain karena kekurangan vitamin, gizinya rendah, bahan pakan yang digunakan telah busuk atau mengandung racun.
c). Faktor genetik/turunan
Penyakit yang disebabkan oleh turunan, misalnya bentuk fisik dan kelainan- kelainan tubuh yang sudah ada sejak lahir, seperti tubuh bengkok, larva ikan yang cacat, sisik tidak lengkap atau sirip melengkung. Bentuk fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan, dimana faktor keturunan sangat berpengaruh langsung terhadap penampilan fisik ikan. Untuk mencegahnya harus dilakukan seleksi induk yang ketat pada saat melakukan breeding. Variasi genetika ini juga dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme, tutup insang yang tidak dapat menutup sempurna, ikan menjadi kerdil dan cacat.
(Sumber : https://mitalom.com/macam-macam-hama-penyakit-ikan-karakteristik-dan-pengelompokannya/)
- B. PENANGGULANGAN PENYAKIT IKAN
Cara penanggulangan penyakit ikan dengan menggunakan obat-obatan atau secara kimiawi dapat dilakukan di dalam bak (tank treatment) maupun di kolam/tambak (pond treatment). Sedangkan teknik-teknik yang digunakan sebagai berikut :
- 1. Jangka pendek
Untuk penanggulangan penyakit ikan jangka pendek (short duration) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
- Metode perendaman (Dip Method)
Metode perendaman dilakukan dengan memakai dosis konsentrasi yang tinggi untuk waktu yang pendek, tidak lebih dari beberapa detik. Ikan yang diobati dengan cara ini dimasukan kedalam jaring dan dicelupkan. Cara ini diterapkan pada pengobatan ikan dan telur ikan.
- Metode pembilasan (Rapis (Flus)
Metode pembilasan dilakukan dengan memakai konsentrasi yang relatif tinggi, ikan dibilas sekaligus sambil dilakukan penggantian air. Biasanya cara ini diterapkan untuk telur ikan.
- 2. Jangka panjang
Penanggulangan penyakit ikan jangka panjang (prolonged treatment) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:
- Metode pemandian (Bath Method)
Metode pengobatan dengan cara pemandian dilakukan sekitar 1 jam. Selama pengobatan ikan selalu diamati. Aerasi juga terus menerus diberikan selama pengobatan (pemandian).
- Perlakuan dengan aliran air tetap ( Constant Flow Treatment)
Metode ini diperlukan alat aliran air tetap (constan flow apparatus). Lama pengobatan untuk metode ini sekitar 1 jam.
- 3. Jangka waktu tak terbatas
Metode pengobatan ikan sakit dalam jangka waktu tak terbatas (indefinite treatment) umumnya dipakai untuk pengobatan dikolam, tambak atau bak-bak yang berukuran besar. Bahan kimia yang digunakan dalam dosis yang rendah untuk jangka waktu yang lama, dan dibiarkan supaya berkurang dan hilang dengan sendirinya.
- 4. Penyemprotan
Penanggulangan penyakit ikan di kolam atau tambak dapat dilakukan dengan cara penyemprotan. Bahan kimia yang biasanya digunakan adalah dengan jalan penyemprotan yaitu pestida. Pengobatan dengan pestida ini hanya dilakukan sebagai cara terakhir, setelah cara yang lain tidak yang efektif.
- 5. Penyuntikan
Pengobatan melalui penyuntikan biasanya dilakukan untuk ikan-ikan yang berukuran besar atau induk-induk ikan. Penyuntikan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:
- Secara Intra Peritoneal (IP), yaitu penyuntikan dilakukan pada bagian belakang dari rongga perut, tepat di depan sirip perut (diusahakan agar tidak melukai usus ikan).
- Secara Intra Muscular (IM), yaitu penyuntikan dilakukan pada bagian tengah otot punggung dekat sirip punggung (kurang lebih 3 sisik di bawah ujung belakang sirip punggung).
- 6. Pengobatan melalui makanan
Apabila ikan yang terserang penyakit masih mau makan (belum kehilangan nafsu makannya) maka pengobatan dapat dilakukan melalui makanan. Caranya, obat yang hendak digunakan dicampur dengan makanan (sesui dosis) sesaat sebelum makanan diberikan.
- C. PENANGGULANGAN HAMA
Hama adalah organisme yang dapat menimbulkan ganguan pada ikan budidaya secara langsung maupun tidak langsung. Untuk menanggulangi serangan hama lebih ditekankan pada system pengendalian hama terpadu, yaitu pemberantasan hama yang berasil, tetapi tidak mengakibatkan kerusakan ekosistem, termasuk hewan ternak, ikan budidaya, manusia, dan musuh alami yang mengkonsumsinya (hama). Dengan kata lain, apabila masih ada cara yang dapat dilakukan dan ternyata memberikan hasil yang baik, maka tidak perlu menggunakan obat-obatan, apa lagi obat-obatan buatan pabrik (pestisida anorganik). Oleh karena itu, penanggulangan hama umumnya dilakukan dengan cara mekanis. Pemberantasan secara mekanis sebaiknya dilakukan petani ikan pada saat sebelum penebaran benih. Cara ini merupakan tindakan pencegahan (preventif). Cara pencegahan ini lebih menguntungkan karena tidak menimbulkan dampak yang merugikan pada lingkungan, mudah dan murah pelaksanaannya, tidak berpengaruh buruk pada usaha budidaya dan memberikan pengaruh yang cukup lama.
Tindakan pencegahan seperti menyiapkan kondisi kolam/ tambak yang sempurna dengan perlakuan pengolahan tanah yang baik, pengeringan yang memenuhi syarat, pengapuran dengan dosis yang sesuai pH dan sifat tanah, mempertinggi peranan dan fungsi saluran, pintu air dan alat penyaringannya dalam kolam/tambak, akan memberikan andil yang sangat besar dalam usaha penanggulangan hama.
(Sumber:
(Sumber:
Menganalisis pengendalian hama dan penyakit pada pemeliharaan larva ikan
Hama & Penyakit Ikan – Dalam usaha budidaya perikanan pengenalan jenis-jenis dan karakteristik hama dan penyakit pada ikan mutlak diperlukan untuk mendukung kelancaran usaha budidaya. Secara umum, hama dan penyakit ikan diartikan sebagai semua hewan atau makhluk hidup yang berada dalam areal budidaya ikan yang mana keberadaannya dapat menimbulkan kerugian. Hama ikan dapat mengakibatkan kerugian secara langsung maupun tidak langsung. Dalam artian hama ikan dapat membunuh atau memangsa ikan secara langsung maupun mengganggu sehingga menyebabkan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan terganggu. Biawak dan ular adalah contoh hama ikan yang memangsa ikan secara langsung, sedangkan yuyu atau kepiting seringkali membuat lubang-lubang pada dinding kolam atau tambak sehingga menyebabkan kebocoran. Keberadaan kepiting/yuyu dapat menimbulkan beberapa kerugian diantaranya kerusakan pada tanggul atau pematang sehingga menyebabkan kebocoran. Kepiting biasanya membuat lubang-lubang pada tanggul sehingga kedalaman air sulit dipertahankan dan dapat mengakibatkan masuknya hama pemangsa dan penyaing dalam petakan kolam atau tambak. Selain itu menyebabkan udang atau ikan yang dipelihara akan lolos melalui lubang kepiting tersebut.
B. Pengertian, Identifikasi dan Pengelompokan Hama Ikan
Definisi atau pengertian hama ikan adalah semua makhluk hidup (hewan) baik yang berukuran tubuh lebih kecil, sama ataupun lebih besar dari tubuh ikan yang keberadaannya tidak diinginkan karena mampu menimbulkan gangguan pada ikan. Dengan kata lain hama ikan adalah semua makhluk hidup yang dapat memangsa, mengganggu ataupun menjadi pesaing hidup dalam suatu habitat ikan. Secara umum, berdasarkan sifat hidupnya hama pada ikan dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu predator, kompetitor dan pengganggu. Berikut ini karakteristik hama ikan berdasarkan pengelompokan tersebut ;
1. Hama Predator
Predator adalah hama ikan yang bersifat memangsa atau sebagai pemangsa ikan. Umumnya predator adalah binatang karnivora (pemakan daging) yang memburu dan menyantap ikan sebagai targetnya. Predator tidak selalu memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari mangsanya, ada juga predator yang ukuran tubuhnya lebih kecil dari mangsa. Biasanya predator yang ukuran tubuhnya lebih kecil dari mangsa memiliki senjata khusus yang mematikan, misalnya bisa atau racun. Predator dengan ukuran tubuh lebih besar dari mangsa biasanya memangsa ikan dalam jumlah banyak dan dilakukan berkali-kali. Predator ini biasanya menetap di kolam ikan dan lingkungan sekitar kolam, dan ada juga yang sengaja datang dari jauh untuk mencari makan.
Jenis-jenis predator ikan bermacam-macam, yaitu dapat berupa ikan yang lebih besar, hewan air jenis lain, hewan darat, serangga atau insekta air. Contoh jenis ikan yang dapat menjadi predator adalah ikan tagih (Mystus nemurus), ikan lele (Clarias batrachus), ikan kakap (Lates calcalifer), ikan bulan-bulan (Megalops cyprinides), belut dan ikan gabus. Predator ikan lainnya adalah linsang, ular, kura-kura, labi-labi, biawak, burung bangau, burung kuntul, burung blekok, burung ibis, burung raja udang, anjing dan katak.
2. Hama Kompetitor
2. Hama Kompetitor
Kompetitor adalah hewan atau organisme yang sama-sama berada dalam satu habitat ikan dimana keberadaannya tidak diinginkan karena menimbulkan persaingan dalam mendapatkan makanan, oksigen maupun ruang gerak ikan. Kompetitor dapat berupa ikan maupun jenis hewan lain yang berada dalam suatu areal habitat ikan. Contoh kompetitor yang sering menimbulkan persaingan memperoleh makanan adalah ikan mujair. Keberadaan ikan ini dalam suatu habitat ikan budidaya cukup berbahaya, ikan mujair dikenal sangat rakus dan mudah berkembang biak sehingga populasinya cepat meningkat. Oleh karena itu keberadaan ikan mujair dapat menimbulkan persaingan dalam mendapatkan makanan, oksigen maupun ruang gerak. Jenis hama kompetitor lainnya yaitu yuyu (Saesarma spp.), kepiting (Scylla serrata), katak (pada fase berudu), keong dan sebagainya. Keberadaan hewan kompetitor tersebut menyebabkan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan terganggu, seprti lambatnya pertumbuhan dan bahkan menimbulkan kematian.
3. Hama Pengganggu/Pencuri
Pengganggu adalah makhluk hidup atau organisme atau aktifitas lain diluar ikan budidaya yang keberadaannya dapat mengganggu kehidupan ikan budidaya. Perlakuan manusia yang kurang baik dalam mengelola ikan dapat dikategorikan sebagai pengganggu, misalnya saat sampling yang kurang baik atau cara panen yang kurang baik.
C. Pengertian dan Penyebab Penyakit pada Ikan
Definisi atau pengertian penyakit ikan adalah suatu gejala fisiologis ikan yang disebabkan oleh suatu parasit atau faktor lingkungan yang tidak sesuai. Munculnya penyakit pada ikan selain dipengaruhi kondisi ikan yang lemah juga cara penyerangan dari organisme yang menyebabkan penyakit tersebut. Beberapa faktor ynag menyebabkan timbulnya penyakit pada ikan antara lain sebagai berikut :
a. Adanya serangan organisme parasit
b. Lingkungan yang tercemar (ammonia, sulfide atau bahan-bahan kimia beracun)
c. Lingkungan dengan fluktuasi suhu, pH, salinitas, dan kekeruhan yang besar
d. Pakan yang tidak sesuai atau gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan
e. Kondisi tubuh ikan yang lemah karena faktor genetic (kurang kuat menghadapi perubahan lingkungan).
b. Lingkungan yang tercemar (ammonia, sulfide atau bahan-bahan kimia beracun)
c. Lingkungan dengan fluktuasi suhu, pH, salinitas, dan kekeruhan yang besar
d. Pakan yang tidak sesuai atau gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan
e. Kondisi tubuh ikan yang lemah karena faktor genetic (kurang kuat menghadapi perubahan lingkungan).
Penyakit ikan terjadi jika ikan (inang), hidup dalam lingkungan perairan yang kurang sesuai untuk kehidupan ikan, tetapi mendukung patogen untuk memperbanyak diri atau berkembang biak. Ini akan menyebabkan perubahan secara patofisiologi pada organ-organ tubuh ikan. Timbulnya serangan penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme penyakit.
Interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit. Jika pertahanan tubuh inang lemah dan patogen yang terdapat dalam tubuh inang banyak, tetapi lingkungan tetap sesuai dan mendukung untuk meningkatkan ketahanan tubuh inang maka penyakit tidak akan muncul karena patogen tidak dapat berkembang biak.
Hubungan antara parasit, ikan (inang) dan faktor lingkungan terhadap terjadinya penyakit (yang disebut Interaksi Tripel) digambarkan dalam diagram Venn pada Gambar 5 di bawah ini.
Penjelasan dari “Interaksi Tripel” diatas adalah sebagai berikut ;
1. Ikan
Ikan merupakan sasaran atau inang dari penyakit. Ikan sehat memiliki kemampuan mempertahankan diri dari serangan berbagai penyakit dengan adanya mekanisme pertahanan diri. Kemampuan ikan mempertahankan diri dari serangan penyakit tergantung pada kesehatan ikan dan lingkungan. Jika kesehatan ikan menurun atau kondisi lingkungan kurang menunjang, maka ikan akan mengalami stres, sehingga menurunkan kemampuannya mempertahankan diri dari serangan penyakit.Stres terjadi jika suatu faktor lingkungan (stressor) meluas atau melewati kisaran toleransi untuk ikan dan akan mengganggu fungsi fisiologis pada ikan tersebut. Pengaruh stres terhadap menurunnya ketahanan ikan terjadi secara hormonal. Ikan stres mempunyai respon hormonal, contohnya dapat berupa hormon esteorase (hormon yang banyak tertimbun di otak), atau hormon adrenaline dan respon seluler (phagocytic) relatif rendah, sehingga tidak mempunyai ketahanan yang memadai terhadap serangan penyakit.
2. Lingkungan
Lingkungan dalam hal ini air, merupakan media paling vital bagi kehidupan ikan. Stressor (faktor lingkungan) dalam sistem budidaya ikan meliputi stressor 1) fisik (suhu, cahaya, suara, tekanan air) 2) kimiawi (pH, NH3, NO2, CO2, buangan metabolik, logam berat), 3) biologis (padat tebar, keberadaan hama) dan 4) prosedural budidaya (penebaran, sampling, pergantian air, pergantian wadah, pemanenan). Ikan yang mengalami stres akan mengalami rangkaian perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang disebut general adaptive syndrome (GAS). Selain jumlahnya, kualitas air yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan.
Parameter air yang biasanya diamati untuk menentukan kualitas air adalah oksigen, karbondioksida, pH (derajat keasaman), alkalinitas dan sistem buffer, ammonia, dan temperatur.
3. Parasit
Penyakit ikan yang disebabkan oleh organisme parasit umumnya menimbulkan kerugian cukup besar. Karakteristik khusus yang terdapat pada penyakit ikan yang menyebabkan infeksi adalah kemampuan untuk menularkan penyakit (transmisi) dari satu ikan ke ikan yang lain secara langsung dimana organisme parasit sering menyebabkan infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat terluka karena gesekan dengan benda keras atau berhasil meloloskan diri dari serangan hama. Tetapi jika terlambat mengobatinya, tubuh ikan yang luka akan mengalami infeksi sekunder yang disebabkan oleh serangan organisme parasit.
Serangan parasit pada suatu usaha budidaya ikan menimbulkan dampak negatif yang cukup tinggi. Jika tidak ditangani segera tidak tertutup kemungkinan terjadi infeksi sekunder oleh patogen lain seperti bakteri dan virus misalnya melalui luka yang ditimbulkan olehnya. Dengan demikian, petani tidak akan membuat kesalahan dalam menduga penyebab timbulnya penyakit tersebut.
Infeksi sekunder yang disebabkan oleh organisme parasit telah terbukti menimbulkan banyak kematian pada ikan. Faktor-faktor yang menentukan prevalensi dan tingkat serangan dari parasit dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
a). Faktor Biologis meliputi umur, stres, nutrisi dan tingkat kepadatan yang tinggi
b). Faktor Lingkungan meliputi salinitas, kualitas air dan jenis sistem akuakultur
b). Faktor Lingkungan meliputi salinitas, kualitas air dan jenis sistem akuakultur
Inang dapat berupa ikan atau hewan air lainnya dimana daya tahan tubuh inang terhadap serangan penyakit dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain : umur dan ukuran, jenis, daya tahan tubuh dan status kesehatan ikan. Pada kondisi normal, ketiga faktor yaitu ikan, lingkungan dan patogen akan mampu menjaga keseimbangan. Ikan yang kita budidayakan akan memanfaatkan makanan yang berasal dari makanan yang bermutu, sehingga ikan dapat tumbuh berkembang dengan baik, bereproduksi dalam rangka melanjutkan keturunan, mampu mempertahankan diri dari perubahan lingkungan sekitarnya dengan baik. Terjadinya serangan penyakit pada ikan merupakan akibat adanya ketidakseimbangan antara ketiga faktor di atas. Jasad patogen biasanya akan menimbulkan gangguan sehingga terjadi perubahan pada kondisi lingkungan yang mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh ikan (ikan menjadi stress).
Pada ikan yang dibudidayakan penyakit dapat menyerang pada semua ukuran mulai dari benih, ikan konsumsi sampai induk. Penyakit yang biasa menyerang benih ikan biasanya karena infeksi parasit, sedangkan pada ukuran yang besar biasanya yang menyerang adalah jamur, luka borok, maupun benjolan.
Pada ikan yang dibudidayakan penyakit dapat menyerang pada semua ukuran mulai dari benih, ikan konsumsi sampai induk. Penyakit yang biasa menyerang benih ikan biasanya karena infeksi parasit, sedangkan pada ukuran yang besar biasanya yang menyerang adalah jamur, luka borok, maupun benjolan.
D. Pengelompokan Jenis-jenis Penyakit pada Ikan
Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak lansung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad pathogen (jasad penyakit). Dengan demikian timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil dari interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad/ organisme penyakit.
Secara garis besar, jenis-jenis penyakit pada ikan dikelompokkan menjadi 2, yaitu sebagai berikut ;
1. Penyakit Parasiter/Infektif (Infectious disease)
Adalah penyakit yang disebabkan oleh aktivitas organisme parasit. Organisme yang sering menyerang ikan peliharaan antara lain virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik. Bakteri dan virus akan menyebabkan infeksi pada ikan budidaya, sementara yang disebabkan oleh parasit akan mengakibatkan investasi pada ikan budidaya.
2. Penyakit Non Parasiter/Non Infektif (Non Infectious disease)
Adalah penyakit yang disebabkan bukan oleh hama maupun organisme parasit. Penyakit ini dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan faktor penyebabnya yaitu sebagai berikut ;
a). Faktor lingkungan
Penyakit non parasiter yang disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang menunjang bagi kehidupan ikan, antara lain pH air terlalu tinggi/rendah, kandungan oksigen terlarut terlalu tinggi/rendah, perubahan temperatur air secara tiba-tiba, adanya gas beracun hasil penguraian bahan organik (gas metan, ammonia atau asam belerang), adanya polusi dari pestisida (insektisida atau herbisida), limbah industri atau limbah rumah tangga.
b). Faktor pakan/nutrisi
Salah satu penyakit non parasiter akibat pakan adalah kelaparan. Kelaparan merupakan kekurangan nutrisi yang bersifat absolut. Kelaparan pada ikan menunjukkan gejala seperti anemia dan hambatan pertumbuhan. Contoh lainnya adalah penyakit yang disebabkan karena kualitas pakan yang diberikan kurang baik (malnutrition) antara lain karena kekurangan vitamin, gizinya rendah, bahan pakan yang digunakan telah busuk atau mengandung racun.
c). Faktor genetik/turunan
Penyakit yang disebabkan oleh turunan, misalnya bentuk fisik dan kelainan- kelainan tubuh yang sudah ada sejak lahir, seperti tubuh bengkok, larva ikan yang cacat, sisik tidak lengkap atau sirip melengkung. Bentuk fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan, dimana faktor keturunan sangat berpengaruh langsung terhadap penampilan fisik ikan. Untuk mencegahnya harus dilakukan seleksi induk yang ketat pada saat melakukan breeding. Variasi genetika ini juga dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme, tutup insang yang tidak dapat menutup sempurna, ikan menjadi kerdil dan cacat.
(Sumber : https://mitalom.com/macam-macam-hama-penyakit-ikan-karakteristik-dan-pengelompokannya/)
- B. PENANGGULANGAN PENYAKIT IKAN
Cara penanggulangan penyakit ikan dengan menggunakan obat-obatan atau secara kimiawi dapat dilakukan di dalam bak (tank treatment) maupun di kolam/tambak (pond treatment). Sedangkan teknik-teknik yang digunakan sebagai berikut :
- 1. Jangka pendek
Untuk penanggulangan penyakit ikan jangka pendek (short duration) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
- Metode perendaman (Dip Method)
Metode perendaman dilakukan dengan memakai dosis konsentrasi yang tinggi untuk waktu yang pendek, tidak lebih dari beberapa detik. Ikan yang diobati dengan cara ini dimasukan kedalam jaring dan dicelupkan. Cara ini diterapkan pada pengobatan ikan dan telur ikan.
- Metode pembilasan (Rapis (Flus)
Metode pembilasan dilakukan dengan memakai konsentrasi yang relatif tinggi, ikan dibilas sekaligus sambil dilakukan penggantian air. Biasanya cara ini diterapkan untuk telur ikan.
- 2. Jangka panjang
Penanggulangan penyakit ikan jangka panjang (prolonged treatment) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:
- Metode pemandian (Bath Method)
Metode pengobatan dengan cara pemandian dilakukan sekitar 1 jam. Selama pengobatan ikan selalu diamati. Aerasi juga terus menerus diberikan selama pengobatan (pemandian).
- Perlakuan dengan aliran air tetap ( Constant Flow Treatment)
Metode ini diperlukan alat aliran air tetap (constan flow apparatus). Lama pengobatan untuk metode ini sekitar 1 jam.
- 3. Jangka waktu tak terbatas
Metode pengobatan ikan sakit dalam jangka waktu tak terbatas (indefinite treatment) umumnya dipakai untuk pengobatan dikolam, tambak atau bak-bak yang berukuran besar. Bahan kimia yang digunakan dalam dosis yang rendah untuk jangka waktu yang lama, dan dibiarkan supaya berkurang dan hilang dengan sendirinya.
- 4. Penyemprotan
Penanggulangan penyakit ikan di kolam atau tambak dapat dilakukan dengan cara penyemprotan. Bahan kimia yang biasanya digunakan adalah dengan jalan penyemprotan yaitu pestida. Pengobatan dengan pestida ini hanya dilakukan sebagai cara terakhir, setelah cara yang lain tidak yang efektif.
- 5. Penyuntikan
Pengobatan melalui penyuntikan biasanya dilakukan untuk ikan-ikan yang berukuran besar atau induk-induk ikan. Penyuntikan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:
- Secara Intra Peritoneal (IP), yaitu penyuntikan dilakukan pada bagian belakang dari rongga perut, tepat di depan sirip perut (diusahakan agar tidak melukai usus ikan).
- Secara Intra Muscular (IM), yaitu penyuntikan dilakukan pada bagian tengah otot punggung dekat sirip punggung (kurang lebih 3 sisik di bawah ujung belakang sirip punggung).
- 6. Pengobatan melalui makanan
Apabila ikan yang terserang penyakit masih mau makan (belum kehilangan nafsu makannya) maka pengobatan dapat dilakukan melalui makanan. Caranya, obat yang hendak digunakan dicampur dengan makanan (sesui dosis) sesaat sebelum makanan diberikan.
- C. PENANGGULANGAN HAMA
Hama adalah organisme yang dapat menimbulkan ganguan pada ikan budidaya secara langsung maupun tidak langsung. Untuk menanggulangi serangan hama lebih ditekankan pada system pengendalian hama terpadu, yaitu pemberantasan hama yang berasil, tetapi tidak mengakibatkan kerusakan ekosistem, termasuk hewan ternak, ikan budidaya, manusia, dan musuh alami yang mengkonsumsinya (hama). Dengan kata lain, apabila masih ada cara yang dapat dilakukan dan ternyata memberikan hasil yang baik, maka tidak perlu menggunakan obat-obatan, apa lagi obat-obatan buatan pabrik (pestisida anorganik). Oleh karena itu, penanggulangan hama umumnya dilakukan dengan cara mekanis. Pemberantasan secara mekanis sebaiknya dilakukan petani ikan pada saat sebelum penebaran benih. Cara ini merupakan tindakan pencegahan (preventif). Cara pencegahan ini lebih menguntungkan karena tidak menimbulkan dampak yang merugikan pada lingkungan, mudah dan murah pelaksanaannya, tidak berpengaruh buruk pada usaha budidaya dan memberikan pengaruh yang cukup lama.
Tindakan pencegahan seperti menyiapkan kondisi kolam/ tambak yang sempurna dengan perlakuan pengolahan tanah yang baik, pengeringan yang memenuhi syarat, pengapuran dengan dosis yang sesuai pH dan sifat tanah, mempertinggi peranan dan fungsi saluran, pintu air dan alat penyaringannya dalam kolam/tambak, akan memberikan andil yang sangat besar dalam usaha penanggulangan hama.
(Sumber:https://fisherymilenial.blogspot.com/2019/11/menganalisis-hama-dan-penyakit-pada.html?m=1)
(Sumber:https://fisherymilenial.blogspot.com/2019/11/menganalisis-hama-dan-penyakit-pada.html?m=1)